JERUSSALEM– Tiga tahun setelah Perang Gaza pada 2014, hanya sepertiga dari 11.000 rumah yang hancur telah dibangun ulang, Banyak keluarga yang masih tinggal di tenda-tenda, menurut sebuah laporan oleh Badan Pengungsi Norwegia (NRC) mengenai situasi penduduk sipil di Gaza.
“Aku membangun sebuah tenda dan menempatinya selama tiga tahun ini, sementara menunggu pembangunan kembali Gaza. Kami masih menempatinya, Kami saat ini hidup karena kematian belum mau membawa kami. Mati akan menjadi jalan yang lebih baik bagi kami, sehingga kami tidak menghadapi permasalahan lagi,” ujar Thaer Al-Sheesh, seorang ayah dari empat anak yang tinggal di Gaza, mengatakan pada NRC.
Pada 8 Juli 2014 Israel memulai Perang di Gaza yang menyebabkan kematian lebih dari 1.490 orang, termasuk anak-anak dan menghancurkan ratusan ribu rumah. Hanya enam orang Israel yang terbunuh dalam perang itu, mayoritas tentara. Karena Israel membombardir wilayah itu dengan serangan udara, tanpa menurunkan pasukan darat.
“Rakyat Palestina di Gaza masih sedang menunggu rumah mereka dibangun 6.300 keluarga masih terlantar tanpa rumah untuk kembali, karena tidak adanya uang,” ujar Direktur Negara NRC di Jerusalem, Hanibal Abiy Worku dikutip middleastmonitor.
Sekitar 6300 keluarga Palestina melibatkan 35 ribu penduduk di Gaza masih tidak memiliki rumah setelah serangan penjajah Israel pada 2014, lapor Dewan Pengungsi Norwegia (NRC)
Ayah dari empat anak di Gaza, aali al-Sheesh memberitahu NRC, dia telah menghabiskan sisa hidupnya bersama keluarga selama tiga tahun dalam sebuah tenda.
Sampai hari ini katanya, dia masih menunggu kabar rumahnya dibangun kembali sejak perang dahsyat itu.
“Kami masih hidup karena belum sampai ajal lagi. Namun bagi kami, lebih baik jika mati, karena pada saat itu kami tidak lagi menghadapi masalah seperti ini, “ pungkasnya.[]