KETIKA Khalid bin Walid sudah tua, ia mengambil Al-Qur’an dan menangis. Ia berkata, “Kami disibukkan jihad.” Alangkah indahnya udzur ini. Sekarang udzur apa yang akan kita katakan? Kalau Khalid bin Walid berkata seperti ini, lalu apa yang akan kita katakan? Jika kita ditanya pada hari kiamat apa yang menyebabkan kita melalaikan Al-Qur’an? Lalu, dengan apa kita menjawab? Mengapa kita tidak membawa Al-Qur’an di sisi kita, kita baca pagi dan petang, siang dan malam, sampai ia menjadi saksi kita atau menjadi hujjah kita?
Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah engkau selalu dalam keadaan berdzikir kepada Allah SWT dan membaca Al-Qur’an karena itu ruhmu di langit dan berdzikir di bumi.”
Bukanlah sebuah tujuan membaca Al-Qur’an yaitu bacaan banyak tanpa memahami. Mentadaburi ayat Al-Qur’an, kalu seorang mentadaburi beberapa ayat kemudian ia merujuk pada kitab tafsir atau halaqah tafsir di masjid kemudian ia memahami lalu mengamalkan apa yang ia pahami, tentu ini sangat baik. Syeikh Muhammad Ghazali berkat, “Sesungguhnya Al-Qur’an itu rasul hidup. Engkau bertanya ia menjawab. Engkau mendengar kepadanya maka ia akan meyakinkanmu.” Di dalam Al-Qur’an ada obat penawar bagi yang mencampur hatinya dengan keimanan, dan Al-Qur’an adalah obat penawar bagi yang tertimpa kesusahan, galau, atau terkena godaan setan.
Ketika kita membaca Al-Qur’an, malaikat akan melindungi dan ia mendengarkan ayat ar-Rahman. Malaikat langit dan malaikat dunia saling mendekat kepada orang yang mengisi malamnya dengan Al-Qur’an. Apakah kita membaca Al-Qur’an ketika orang tidur? Apakah kita mebaca ayat Al-Qur’an lalu Rabb pemilik langit dan bumi mendengarkan bacaan kita?
Jangan tinggalkan membaca Al-Qur’an dan mentadaburinya serta mengamalkannya. Tidak ada satu pun orang yang dapat mengubah ayat suci Al-Qur’an, namun Kalam-Nya mampu mengubah seluruh isi kehidupan. []
Sumber: Bermalam di Surga/ Dr. Hasan Syam Basya/ Gema Insani