KUALA LUMPUR–Perdana Menteri Malaysia Mohd Najib Tun Razak mengecam tindakan Israel menutup Masjid Al-Aqsha dan melarang warga Muslim Palestina untuk menunaikan ibadah shalat Jumat pada 14 Juli 2017 kemarin.
“Malaysia mengutuk sekeras-kerasnya tindakan Israel menutup Masjid Al-Aqsa dan menafikan hak umat Islam menunaikan shalat Jumat,” tulis Najib lewat twitter-nya @NajibRazak, Ahad (16/7/2017).
Dalam siaran pers Kementerian Luar Negeri Malaysia, tindakan Israel menghalangi umat Islam beribadah di Masjid Al-Aqsha bertentangan dengan undang-undang dan norma antarbangsa.
Larangan ini merupakan pertama kalinya umat Islam dihalangi menunaikan shalat Jumat di Masjid Al-Aqsha sejak 1969.
“Tindakan provokatif oleh Israel itu adalah kekerasan secara terbuka terhadap kesucian tapak suci umat Islam dan pelanggaran hak orang Islam untuk beribadah di tempat suci agama mereka dengan bebas tanpa halangan,” kata Divisi Komunikasi dan Diplomasi Publik, Mohd Mukundan.
Mukundan menyatakan, kebebasan beribadah adalah hak yang dijamin undang-undang antarbangsa dan pelanggaran atas hak tersebut harus ditentang habis-habisan.
Malaysia turut menuntut Israel segera menarik pelarangan umat Islam beribadah di Masjid Al-Aqsa dan memberhentikan semua tindakan mengubah “status quo” tempat suci umat Islam tersebut.
Pernyataan sama disampaikan Ketua Pemuda Dewan Pemuda Partai Islam (PAS) Malaysia Ustadz Muhammad Khalil Abdul Hadi.
Dia mengatakan, kebiadaban penguasa Israel mengharamkan warga Palestina memasuki Masjid Al-Aqsa untuk melaksanakan shalat Jumat melampaui batas dan provokasi ke arah ketegangan baru di bumi itu, yang dijajah sejak 1948.
“Langkah agresif itu mengulangi tragedi melampau ektremis Yahudi, yang pernah membakar sebagian Masjid Al-Aqsa dalam 1969 hingga ditutup seketika, yang kemudian mengundang kebangkitan kaum muslimin di negara itu khususnya dan dunia maya,” katanya.
Dia mengatakan, perbuatan tersebut mengancam menimbulkan kemarahan dan menggugah kesabaran umat Islam apabila Israel terus ceroboh melanggar kesucian kiblat pertama dan masjid ketiga terpenting bagi umat Islam itu.
“Kami khawatir kemarahan akan muncul dan bakal timbul tragedi lebih besar, yang membawa peperangan,” katanya.
Sehubungan dengan hal tersebut, katanya, pihaknya meminta OIC dan pemimpin negara Islam segera mengadakan sidang membincangkan tindakan tegas terhadap penguasa Zionis Israel dari rentetan kejadian tersebut. []
Sumber: Antara