Iman Islami SEPERTI sebuah pohon ia memiliki akar yang menghujam ketanah, batang yang menjulang tinggi, ranting-ranting yang menjalar, dan daun-daun yang rimbun.
Itulah gambaran seorang mu’min. Ia memiliki akar keimanan yang menghujam kuat membelah tanah. Dengannya ia menyerap sari-sari makanan yang membuat batang amalnya menjulang tampil di permukaan bumi. Ia tebarkan manfaat seperti batang-batang yang menjulur dengan lebatnya.
Hingga daun-daun amal itu dapat menaungi karena lebat dan rindangnya. Semua orang yang mendatanginya dapat merasakan buah manis dari pohon yang subur itu.
Pohon yang dapat memberikan sejuta manfaat bagi siapa saja. Dengan kehadirannya ia memberi oksigen segar ditengah kegersangan. Memberi keteduhan di tengah teriknya mentari.
Hingga siapa saja yang ada di dekatnya merasakan kesejukan dan ketenangan karena pancaran amal dari imannya Itu semua adalah sunnatullah yang niscaya. Begitu hakikat keimanan menghujam dalam nurani, maka pada saat itu pula ia bergerak mengekspresikan dirinya di luar dalam bentuk amal shalih.
Itulah iman Islami! Tidak mungkin tinggal diam tanpa bergerak atau tersembunyi tanpa menampakkan diri dalam bentuk yang dinamis di luar diri sang mu’min. Jika tak bisa melahirkan gerakan yang alami tersebut, maka keimanan itu adalah palsu atau mati.
Sama seperti bunga yang tidak bisa menahan semerbak wewangiannya. Ia pasti muncul secara alami. Jika tidak, bisa dipastikan wujud di dalamnya pun tiada!.[]
Sumber: Dalam Dekapan Ukhuwah/Salim A. Fillah/Pro-U Media