Oleh: Rohmat Saputra, jeparahanif@gmail.com
“JANGAN memusuhi orang,” begitu pesannya kepada kami saat silaturrahmi ke rumahnya.
“Kita tidak tahu, kita berhasil atau sukses, bisa jadi karena perantara seseorang, walaupun dia berbuat jahat kepada kita,” katanya lagi.
Bapak itu cerita, dulunya bekerja di sebuah pabrik. Kemudian dia pindah kerja ditempat lain, dan mendapat pemasukan yang lebih berkali-kali lipat dari pada saat kerja dipabrik.
“Gara-gara orang itu jabatan dan pendapatan saya naik,” kenangnya. Ia tersenyum segar didepan kami.
Beberapa tahun yang silam bapak yang biasa di sapa Pak Yusuf ini, hanyalah seorang yang bekerja di pabrik. Pendapatan batas rata-rata UMR saja. Namun sebuah peristiwa yang menjadi titik perubahan padanya terjadi.
Suatu ketika temannya mengajak untuk mencuri kabel. Dengan tegas Pak Yusuf menolak perbuatan itu.
“Kalo mau mencuri, jangan ngajak saya. Jangan ngajak orang lain,” katanya sedikit marah. Semenjak itu, teman yang satu kerja dipabrik tersebut tidak pernah mau tegur sapa. Jika bertemu dia langsung membuang muka. Sama sekali cuek pada pak Yusuf.
Beberapa tahun kemudian pak Yusuf sudah tidak bekerja di pabrik. Ia mendapatkan jabatan yang cukup bergengsi di sebuah perusahaan Ibukota. Diangkat menjadi konsultan Jepang. Dari situ ia terus berterima kasih dan tidak pernah melupakan peristiwa ketika ia diajak mencuri oleh temannya.
“Saya sangat bersyukur kepada bapak. Karena perantara bapak, saya dengan keadaan saya sekarang menjadi lebih baik,” senyumnya lebar sambil menyalami temannya yang waktu itu mengajak mencuri kabel dan masih kerja dipabrik. Pemasukan temannya berkali-kali lipat lebih kecil dari pak Yusuf yang sudah menjadi konsultan Jepang.
Dari penggalan kisah diatas mengajarkan kepada kita untuk tidak memusuhi orang. Walau bagaimanapun tetap kita jangan memusuhi orang lain. Sebab kita tidak tahu rejeki datang dari arah mana. Bisa jadi melalui teman kita sendiri, yang mungkin akan kita musuhi. Tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat salah. Yang kita lakukan hanya menasehati, bukan memusuhi. Jikapun ingin memusuhi, bencilah perbuatannya, bukan orangnya. Karenanya Allahpun berfirman,
“Nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 3).
Bila orangnya yang sudah dimusuhi terlebih dahulu, maka pintu nasihat kepadanya seolah akan tertutup. Namun bila perilakunya yang dibenci, maka peluang untuk menasihatinya akan terbuka, bahkan menjadi acuan untuk segera menasihatinya. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.