MENCINTAIMU dalam diam kujadikan pilihan, sebab membujuk Tuhan lewat doa menjadi pilihan bijaksana dalam meluhurkan kesungguhan rasa. Kita sama-sama menaruh harapan bisa berkarib ajar rumah tangga, namun kesanggupan bertanggungjawab moral, mental, finansial dan spiritual belum menyempurna di dada. Dari itu, mari sederhanakan hasrat bersetia dalam kepasrahan jiwa. Akan tiba suatu masa, dua hati menaut dalam ikhtiar menyempurnakan separuh agama.
Sesungguhnya kesediaan berkasih sayang telah membuncah di segenap raga. Hingga engkau mesti mempercaya, aku tak akan melukis kecintaanku serupa pelangi, sebab dalamnya rasa cintaku padamu melebihi tujuh warna keajaiban yang tercipta atas kehendak-Nya. Percayalah, jauh di dasar nurani segala tungguku terpaku pada untai namamu sebagai risalah doa. Menyertakanmu dalam pinta selepas sujud di sepertiga malam ialah jalan kepulangan rindu yang masih bersemoga nyata.
Bila saatnya telah tiba, masukilah lubuk hatiku yang terdalam dengan kesungguhan cinta. Menerjemahkan segala yang melesap di desah napas penghidupan kita. Usah meragu perihal seberapa tangguh inginku melakukan pendampingan cinta. Bagiku, membangun mahigai rumah tangga bersamamu menjadi sebaik-baiknya cerita. Episode terpanjang yang mengisahkan bahagia, perihal penantian yang menulus segala. Sakinah, mawaddah, wa rahmah itulah akhir dari kisah kasih di antara kita. []
Arief Siddiq Razaan, 20 Maret 2016