GUE emang jomblo, tapi dijamin bukan homo. Buktinya saat umumkan siap nikah banyak animo. Terpenting spiritual dan finansial mestilah jumbo. Lagian tidak pacaran tubuh akan setangguh dinamo. Bukan sekadar anggar panco. Dijamin saat malam pertama keperkasaan tidak sekadar mental kroco.
Daripada keseringan jadi mantan hingga bergelar germo. Akibat saat Malam Minggu budaya zina kerap dilego. Padahal syahwat sebelum halal mesti dibuang hingga ke Pluto. Daripada hidup jadi rasa tauco. Baiknya hijrahlah sebelum kesucianmu jadi terpelonco. Percayalah nasihat ini sungguh bukan sekadar intermeso.
Kalau mau disebut jago. Usah jadikan cinta serupa permainan ludo. Begitu niat nikah sudah tak mampu lagi dikargo. Saatnya untuk melakukan sebentuk manifesto. Bahwa sekian juta ialah kepastian neto. Siapa pun yang jadi pendamping hidup akan diberi deposito. Agar kehidupan tak lagi susah di kala menghadapi masa jompo.
Demikian ujaran ini dihatur dengan nada soprano. Memekik tinggi agar segahar suara Rambo. Besar harap jangan lagi ada yang membeo. Mengejek gue tak laku sehingga patut dikasihani sebagai jomblo. Bila perlu hendak memveto. Sesungguhnya para pencibir serupa kroto. Tersebab ingin menjerumuskan orang lain agar senasib menjadi bego. Bergiat syahwat hingga dosa jadi tertato. []
Arief Siddiq Razaan, 19 Maret 2016