Poster bertuliskan, “#Save Rohis”, “Rohis Bukan Teroris”, “Kami Rohis, Kami Aktivis Dakwah”, “Aku Rohis, Aku Pancasila”, dibentangkan di hadapan ratusan siswa baru SMA & SMK BPPI, Baleendah, Kab.Bandung, Rabu (19/07/2017). Dalam pengenalan ekstrakurikuler, Rohis BPPI menampilkan aksi teatrikal berjudul “Cilok, NKRI, dan sebuah Stigma”.
Sebuah pertunjukan yang tidak biasa, karena pesan yang disampaikan bukan hanya tertuju pada siswa baru, melainkan juga kepada segenap bangsa Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari adegan, dialog dan tulisan yang berisikan tentang peristiwa yang tengah terjadi di Indonesia saat ini.
Dalam adegan pertama misalkan, ketika pedagang cilok ditangkap oleh “Hansip 007” karena tertangkap tangan tengah memegang panci berisikan cilok. Hansip 007 menangkapnya dengan barang bukti panci dan cilok. Sebuah adegan yang mengandung pesan kepada segenap bangsa, agar tidak mudah menerima kabar hoax, dan tidak tergesa-gesa dalam memvonis.
Kemudian dalam adegan kedua, ditampilkan seorang berpeci dengan predikat “Raja Koruptor” dalam dadanya. Sang Raja Koruptor mengungkapkan bahwa kerjaannya selama ini hanya molor (tidur) sambil menunggu datangnya uang kotor.
“Aku adalah raja koruptor, yang kerjaannya molor, dan menunggu datangnya uang kotor!” teriak pemeran koruptor dengan angkuh.
Selanjutnya dihadirkan sosok ulama yang berceramah dengan tema “persatuan bangsa.”, mengajak bangsa Indonesia untuk bersatu dan tidak mudah terprovokasi. Beliau pun mengingatkan bahwa kemerdekaan NKRI diperjuangkan oleh para ulama, sehingga jangan ada lagi yang keliru menganggap pergerakan Islam sebagai upaya pemecah belah bangsa.
“Kita harus bersatu! Umat Islam harus bersatu! Bangsa Indonesia harus bersatu!” ungkapnya dengan tegas.
Pada adegan ini, tiba-tiba Hansip 007 datang dan menangkap sang ulama yang tengah berceramah. Sebelum meninggalkan jama’ah, sang ulama berpesan dengan nada lirih, “Bersabarlah, kelak kebeneran akan terungkap.” Inilah yang juga menjadi pesan Rohis BPPI untuk bangsa Indonesia.
Di akhir, seorang aktivis Rohis membacakan puisi karya seorang Jurnalis, Ali Muhtadin. Berikut kutipannya,
Dunia ini, sedang semarak ucapan dusta seorang pencaci
Bersembunyi di balik sejuknya hitam-hitam peci
Lalu, adakah alasan untuk aku tidak membenci?
Ada suara gamblang dan menggema di ujung istana tua
Tertahan semu di bagian barat Jakarta Raya
Ada perasaan hening saat ku-lihat sebelah bandara kota
Yang menanti, dengan jutaan pengampu kuasa
Yang dinanti, kekuasaannya tidak lagi sedang berada
Kita tidak sedang memainkan peran figuran
Saat pemeran utama bebas dari peradilan
Ada kata yang tidak dianggap sebagai ucapan
Tapi mengapa ada diam yang dinilai sebagai panutan?
Sudahlah, bukan saatnya kita menukar hujatan
Lalu kita membiarkan penghujat pergi jalan-jalan
Dengan pertunjukan tersebut, Rohis BPPI berharap, siswa yang ingin bergabung, memiliki dasar yang kuat untuk bergabung. Bukan hanya ikut-ikutan.
“Ini adalah pengenalan ekskul yang bukan sekedar mengenalkan, namun juga memberi edukasi, bahwa Rohis adalah seperti apa yang kami sampaikan dalam seni teater. Sehingga kami berharap, kelak yang bergabung dengan Rohis, tidak hanya ikut-ikutan bergabung, melainkan memahami juga bahwa Rohis adalah salah satu solusi Umat,” papar Muhammad Fikri, aktivis Rohis BPPI. []