PADA tanggal 10 April 2005 kelompok fundamentalis menyerang masjid Al-Aqsha. Perinstiwa ini menyulut kemarahan kaum muslimin di seluruh dunia, sampai-sampai pemerintah Zionis terpaksa harus mencegah mereka melaksanakan aksi dan rencana mereka.
Ancaman terhadap masjid Al-Aqsha itu bukanlah peristiwa pertama dan juga bukan ancaman terakhir. Ada sekitar 20 gerakan dan kelompok Zionis yang telah mengumumkan akan menghancurkan masjid Al-Aqsha dan mendirikan Haikal Sulaiman di atasnya. Kelompok fundamentalis yang terkenal adalah Gorge Imunim dan gerakan Kakh serta kelompok Umanaul Haikal ditambah lagi ada beberapa sekolah agama fanatik yang berada di kota Al-Quds.
Para pelajarnya dicekoki cara dan eknik bentuk menyakiti dan menyiksa orang-orang Arab-Islam serta menghancurkan masjid. Mereka juga menjelaskan strategi penghancuran masjid dan langkah-langkah persiapan bentuk bangunan Haikal Sulaiman. Mereka mempersiapkan generasi baru yang siap berkhidmat pada Haikal Sulaiman.
Masalah ini tidak hanya sebatas teori dan persiapan-persiapan ke depan, tetapi beberapa usaha dan upaya telah dikerahkan untuk merealisasikan rencana ini dan memang benar-benar terwujud beberapa langkah perencanaan mereka. Kalaulah bukan karena takdir Allah yang disertai dengan kesadaran bangsa Palestina dan solidaritas umat Islam terhadap saudara-saudaranya di Palestina, maka bencana mungkin sudah terjadi dan lebih parah lagi!
Ketika Zionis menduduki Al-Quds pada tahun 1967, menteri pertahanan saat itu, Mose Dayan memasuki kota Al-Quds di belakang Hakham Besar melaksanakan doa dan ibadah di Tembok Buraq yang mereka namakan Tembok Ratapan. Semua tentara berteriak, “Inilah balas dendam pengusiran Khaibar.” Pada saat itu Mose Dayan berkata, “Pada saat ini telah terbuka jalan-jalan menuju Babilonia dan Yatsrib (Madinah).”
Sementara itu pemimpin mereka yang kemudian menjadi perdana menteri, Ishaq Rabin ketika mendekati Tembok Buraq ia berkata, “Inilah Tembok Ratapan yang membedakan Israel….saya selalu berangan-angan untuk ikut serta, bukan hanya dalam mendirikan negara Israel, tetapi juga ikut dalam usaha mengembalikan Tembok Ratapan ke dalam kekuasaan Yahudi.”
Pada saat itu pendiri negara Zionis, David Ben Gurion juga berkata, “Sesungguhnya bangsaku adalah bangsa yang berada di atas Haikal Sulaiman tidak mungkin bersabar seperti nenek moyang mereka.” Munahim Beegin berteriak, “Saya bercita-cita untuk kembali mendirikan bangunan ibadah secepat-cepatnya, di saat hidup generasi ini.”
Sejak saat itulah rencana penghancuran bangunan masjid Al-Aqsha yang akan dibangun di atas reruntuhannya bangunan baru, Haikal Sulaiman. Mulai dari teror, pencurian dan pembuatan terowongan yang mengarah ke Tembok Ratapan sebagai jalan pintas orang-orang Yahudi pergi ke sana. Mereka menghancurkan desa-desa di sebelah Barat, kemudian dibangun perkampungan Yahudi. Mereka mendirikan Universitas Ibriah di puncak gunung Al-Mukabbir yang mereka namakan sebagai gunung Zion. Semua upaya itu juga diiringi dengan penggantian nama dan istilah dengan nama dan istilah Yahudi.
Kemudian usaha tersebut dilanjutkan dengan menggali beberapa tempat tepat di bawah pondasi masjid Al-Aqsha. Galian itu terus diperluas dan yang paling membahayakan adalah terowongan yang panjang dan luas yang memotong jalur dari Barat masjid ke Timur masjid. Mereka telah membuat beton semen dan di dalamnya dibangun gereja kecil yang telah diresmikan oleh perdana menteri mereka pada tahun 1986. mereka menjadikan gereja kecil itu sebagai rumah ibadah sementara. Gereja itu tepat berada di bawah masjid Al-Aqsha. Tujuan dari proyek mereka itu adalah menggerogoti bangunan masjid dari bawah yang sudah tidak ada penopang tanah sehingga mudah terancam hancur oleh guncangan dan gempa.
Usaha pembakaran yang dilakukan oleh pemuda Kristen Australia, Danis Michael pada Agustus 1969 bukanlah satu-satunya aksi yang membahayakan masjid. Dahulu pernah terjadi kebakaran di mimbar masjid, yang sedianya jadi tempat khutbah Jum’at Nuruddin Muhammad setelah pembebasan masjid ini dari tangan-tangan kotor kaum Salibis. Penguasa Zionis telah menjatuhkan hukuman kepada pemuda itu bahwa yang bersangkutan tidak bertanggung jawab karena gila.
Demikian pula halnya dengan yang dilakukan oleh banyak orang yang berusaha membakar dan menghancurkan masjid Al-Aqsha dengan diketemukan banyak peledak dan bom yang ditanam tersembunyi di area masjid. Semua upaya itu bertujuan untuk menghancurkan bangunan masjid. Begitu banyak usaha penghancuran masjid hingga yang paling berbahaya adalah usaha yang dilakukan oleh “orang gila” Sharon sebelum ia menjabat sebagai perdana menteri. Akibat usaha yang dilakukan Sharon itulah akhirnya pecah intifadhah Al-Aqsha tahun 2000.
Rencana penghancuran masjid ini sudah sejak dulu, sekarang dan yang akan datang. Mungkin semua upaya ini tidaklah termasuk usaha besar jika dibanding dengan gempuran mematikan yang membuahkan hasil. Semua upaya kecil ini mungkin untuk melihat tanggapan pers internasional.
Kerja kecil yang mereka kerjakan akan merealisasikan dua tujuan Zionis:
1. Melanjutkan proyek penggalian bawah masjid Al-Aqsha yang nantinya akan mengancam kestabilan bangunan masjid.
2. Memagari masjid dengan pemukiman-pemukiman Yahudi sehingga umat Islam kesulitan menuju ke masjid atau kesulitan menggilir penjagaannya. Akhir kabar dari pemerintah Sharon adalah mengkhususkan beberapa juta untuk proyek perluasan pemukiman di sebelah Timur. []