YERUSALEM–Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memutuskan untuk mengganti detector logam di pintu masuk Masjid al-Aqsha dengan alat pengawas pintar pada Selasa (25/7/2017).
Keputusan itu dikeluarkan setelah muncul desakan dari sejumlah Negara dan organisasi Internasional, termasuk warga Palestina yang menilai Israel tidak mempunyai hak untuk memasang detector logam di gerbang tempat suci tersebut.
Melalui sidang tertutup yang diadakan Kabinet Netanyahu selama beberapa jam. Akhirnya otoritas Israel memilih jalan aman dengan mencabut detector metal dan menggantinya dengan alat yang memiliki fungsi serupa.
“Atas rekomendasi dari badan keamanan, Kabinet memutuskan untuk mengganti pelacak logam dengan alat pengawas pintar,” kata para menteri senior menyimpulkan hasil pertemuannya.
Dana sebesar 100 juta shekel (sekitar 28 juta dolar AS) telah disiapkan otoritas Israel guna memasang sistem keamanan yang canggih. Petugas polisi tambahan pun akan dikerahkan Israel untuk mengetatkan penjagaan.
“Saat ini para pekerja tengah memasang tiang logam di beberapa titik Masjid Al-Aqsha untuk memasang kamera CCTV,” ungkap para saksi mata di Kota Tua.
Meski mendapat tekanan dari sejumlah pihak, sebelumnya Netanyahu tetap enggan untuk mencabut detector metal di kompleks Masjid al-Aqsha.
Namun, disaat meningkatnya kekerasan di wilayah Yerusalem. Terjadinya insiden penembakan seorang petugas keamanan Israel yang menyerang dan menembak mati dua warga Yordania di kedutaan Israel di Yordania pada Minggu (23/7/2017) lalu.
Dan munculnya ancaman dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang akan menghentikan semua hubungan resmi dengan Israel, membuat Netanyahu luluh. Ia kemudian mencabut aturan yang merugikan umat Islam itu.
Masjid Al-Aqsha dianggap pengikut Yahudi sebagai sisa dari dua kuil kuno mereka yang terletak di Yerusalem Timur–sebuah wilayah yang direbut Israel dalam perang 1967 dan diklaim sebagai ibukotanya, meski pun tidak diakui internasional.
Israel memasang pelacak logam pada titik masuk kawasan masjid al-Aqsa setelah dua petugas polisi Israel ditembak hingga tewas oleh tiga pelaku bersenjata keturunan Arab-Israel pada 14 Juli 2017 lalu.
Pemasangan alat tersebut memicu terjadinya bentrokan antara Israel dan Palestina. Apalagi setelah kematian empat warga Palestina oleh militer Israel pada Jumat (21/7) lalu, saat aksi solidaritas Al-Aqsha digelar.
Insiden ini memicu kekhawatiran dunia dan mendorong Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan pertemuan guna mencari jalan keluar atas situasi di Yerusalem. []
Sumber: Reuters