SALAH satu kandungan Al-Quran adalah pengetahuan tentang sejarah zaman dulu. Tujuannya tidak lain agar umat Muhammad SAW bisa mengambil pelajaran dari umat-umat terdahulu. Al-Quran mengisahkan tentang dua orang lelaki yang bersahabat pada zaman dulu. Keduanya bersahabat. Yang satu beriman. Dan temannya ingkar. Al Quran memang tak menerangkan siapa mereka. Namanya, pada zaman kapan mereka hidup, di mana mereka hidup. Semua disamarkan.
Dalam kisah ini, Allah SWT menguji orang yang beriman dengan kesempitan hidup alias melarat. Namun Allah memberinya nikmat terbesar, yaitu nikmat iman, Nikmat ini jauh lebih utama daripada harta dan materi yang fana.
Sedangkan temannya yang ingkar, Allah SWT uji dengan kelapangan rezeki dan harta yang melimpah. Allah mengujinya, apakah ia bersyukur atau malah kufur. Apakah rendah hati atau malah menyombongkan diri.
Allah mengaruniai yang ingkar dengan dua kebun. Al Quran menyebutkan tentang dua kebunnya sebagai berikut:
“Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang. Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu, dan dia mempunyai kekayaan besar.” (QS:Al-Kahfi: 32-34).
Dengan penataan kebun yang hebat ini, pria ingkar pun berbangga. Ia memiliki ilmu dalam mengatur dan memaksimalkan lahan. Ia mampu menggabungkan tanaman yang berbeda dengan susunan rapi, serta irigasi yang baik. Ditambah lagi, dengan perawatannya, ia bisa panen dengan maksimal. Ia pun masuk ke dalam kebun dengan congkak, padahal ia menzhalimi dirinya sendiri. Ia ingkar dengan anugerah Rabbnya. Dan sombong pada orang lain.
Ia berkata,
“Maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia: “Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat.” (QS:Al-Kahfi: 34).
Ia mengira semua harta dan materi yang dimiliknya itu kekal. Padahal bagaimana bisa sesuatu yang fana menjadi abadi. Ia berkata,
“Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya.” (QS:Al-Kahfi: 35).
Harta dan materi yang ia miliki benar-benar membuatnya tenggelam.
“Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu.” (QS:Al-Kahfi | Ayat: 36).
Demikianlah perasaan seseorang ketika merasakan puncak kuasa dan kaya. Ia pongah. Menyangka karunia harta adalah bukti Allah sayang padanya. Sehingga ia mengira di akhirat akan mendapatkan kedudukan serupa. Atau lebih baik lagi.
Di tengah kehancuran yang dialami si ingkar, temannya yang beriman berusaha mengingatkan agar si ingkar beriman kepada Allah. Bersandar dan berserah diri pada-Nya. Bukan berserah diri, mengandalkan harta dan pengikut yang ia miliki. Terkadang, seorang yang memiliki kelebihan harta dan popularitas mengatakan, “Mudah, bisa diurus.” Karena apa? Karena ia menganggap dengan materi semuanya bisa diselesaikan dan diatur karena bisa menundukkan orang lain.
Temannya melanjutkan,
“Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan.” (QS:Al-Kahfi | Ayat: 39).
Manusia itu asalnya sama. Kaya atau miskin, bukan hasil daya upaya manusia. Di dunia, manusia hanya memainkan peran sebagai orang kaya atau orang miskin. Ketika berperan sebagai orang kaya, gunakan untuk kebaikan, bukan malah sombong, karena ini cuma peranan. Ketika miskin, harus bersabar dan jangan sampai kehilangan iman.
“Maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik dari pada kebunmu (ini); dan mudah-mudahan Dia mengirimkan ketentuan (petir) dari langit kepada kebunmu; hingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin. atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi.” (QS:Al-Kahfi: 40-41).
“Dan harta kekayaannya dibinasakan; lalu ia membulak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata: “Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku.” (QS:Al-Kahfi: 42).
Tak ada yang mustahil bagi Allah. Tak ada seorang pun yang mampu mencegah Allah untuk berkehendak. Anak, istri, atau siapapun, takkan mampu menolong seseorang dari hukuman Allah. []
Sumber: http://kisahmuslim.com/5770-kisah-si-kaya-dan-si-miskin-pemilik-dua-kebun-surat-al-kahfi-32-44.html