PENGUASA Kota Madinah saat itu, Marwan bin Al-Hakam datang mengunjungi sahabat mulia Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu. Sang Penguasa mampu menyaksikan, diri sahabat Nabi itu tengah mengalami ujian yang tak ringan.
Didorong oleh rasa kasih sayangnya, Marwan bin Al-Hakam pun berdoa kepada Allah Ta’ala untuk Abu Hurairah yang mulia.
“Ya Allah,” pinta Khalifah Marwan dengan sedikit bergetar, “ringankanlah masalah yang dihadapinya.”
Seketika itu pula, sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu terperanjak. Ia seperti tidak berkenan dengan doa yang dipanjatkan oleh Marwan. Sehingga, dalam hitungan detik setelah itu, Abu Hurairah pun memanjatkan doa ‘tandingan’ atas permintaan Marwan kepada Allah Ta’ala untuk dirinya.
“Ya Allah,” ujar Abu Hurairah meyakinkan, “beratkanlah (masalahku).”
Inilah satu episode kehidupan para sahabat dan tabi’in yang seharusnya membuat kita malu. Ada jarak yang amat jauh antara kita dengan mereka. Konyolnya, kita justru lebih sering merasa lebih hebat dari mereka, padahal tak ada satu pun alasan bagi kita untuk merasa demikian.
Ketika sebagian kita sibuk mengeluh lalu memohon agar ujian yang dialami segera dikurangi bahkan jika perlu dihilangkan dari kehidupan, mereka justru meminta agar ujian tersebut diperberat.
Riwayat senada banyak kita dapati dalam atsar para sahabat dan orang shalih terdahulu. Banyak sekali orang-orang sakit yang mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk minta didoakan agar sembuh, Nabi tak mendoakannya dan justru memintanya untuk besabar.
Bahkan dalam ‘Uddatush Shabirin tulisan Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah disebutkan, jika seseorang mengetahui karunia dan kesitimewaan serta keajaiban di balik rasa sakit atau ujian yang diderita oleh seseorang, maka ia akan meminta untuk tidak disembuhkan karena berharap agungnya keistimewaan di balik sakit tersebut.
Maka apa pun ujian yang sedang kita alami, jangan pernah berputus asa. Berbaik sangakalah kepada Allah Ta’ala dan berharaplah kebaikan yang banyak di balik ujian yang mendera.
Ingatlah, semakin tinggi derajat seseorang maka ujiannya pun kian rumit nan kompleks. Seperti para Nabi yang diuji berlipat-lipat dibanding ujian orang biasa. Begitu pun demam yang melanda para Nabi, panasnya dua kali lipat dibanding demam yang dirasakan oleh orang biasa.
Sebagaimana Abu Hurairah yang meminta agar masalahnya diperberat, maka mohonlah kepada Allah Ta’ala agar kita dikuatkan, bukan agar dikurangi bebannya. Sebab makin rumit ujian yang dihadapi, maka semakin dekat pula kemudahan yang Allah Ta’ala sajikan, dan kian dekat pula dengan derajat yang tinggi di sisi-Nya. []
Sumber: Kisahhikmah