SETIAP manusia pasti memiliki peluang untuk bermaksiat. Jika direnungkan, perbuatan maksiat selalu terlihat menyenangkan dan selalu membawa efek ‘ketagihan’ bagi pelakunya. Mengapa demikian?
Maksita selalu terlihat indah karena ‘dihias’ oleh syetan. Makhluk ini akan merasa bahagia jika anak cucu Adam berlumuran dosa. Sebab, suatu saat nanti, jika hari pembalasan tiba, ia tidak akan kesepian. Melainkan, ditemani oleh manusia yang durhaka terhadap Tuhannya.
Berbagai macam cara setan lakukan demi membuat manusia sengsara. Berbagai tipu daya ia lakukan agar manusia tak menyadari bahwa dirinya sedang dihasut untuk berbuat maksiat kepada Allah SWT. Salah satu metode yang ia lakukan ialah menamakan kemaksiatan dengan nama-nama yang menyenangkan.
Di antara bentuk godaan setan dan tipu daya setan adalah memberi nama kekejian dan kemaksiatan dengan nama-nama yang disukai hati agar keburukan dan kekejian tersamar. Iblis-lah yang menamakan pohon terlarang dengan “Syajaratul Khuldi (Pohon Kekal).”
Allah SWT berfirman,
“Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata, ‘Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa’,” (QS. Thaha: 120).
Ibnul Qayyim berkata, “Para pengikut iblis menamakan perbuatan-perbuatan terlarang dengan nama-nama yang disukai hati. Mereka menamakan khamar dengan ‘Ummul Afrah (Induk kesenangan). Merekalah yang menamakan riba dengan ‘faedah’ (tambahan), pengumbaran aurat perempuan dengan ‘kebebasan perempuan,’ ikhtilath (pencampuran) antara lelaki dan perempuan dengan ‘kemajuan’ dan ‘masyarakat modern,’ artis dan aktor, penyanyi, musik, perbuatan musum dan sejenisnya dengan nama ‘seni.’ Semua ini mereka lakukan guna menarik hati manusia agar cenderung kepada kekejian dan keburukan.” []
Sumber: Ruqyah Jin, Sihir dan Terapinya/Karya: Syaikh Wahid Abdussalam Bali/Penerbit: Ummul Qura