DI sebuah rumah sakit ada salah seorang pasien perempuan yang berbicara dan bergerak. Dokter Abdul Muhsin berkata, “Aku adalah orang terakhir memeriksa pasien itu. Ketika kau melepas alat di telingaku, pasien ini berkata, ‘Semoga Allah memaafkan kalian, bagaimana hasil diagnosis tadi? Demi Allah aku sudah bosan di rumah sakit ini. Kapan aku bisa pulang?’
Kami kirim ia ke laboratorium bumi dan kami kirim kepada, “Yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu.”
Tidak lama setelah itu mata didiagnosis di ruang laboratorium. Saat itu aku membolak-balikkan map di luar ruangan, tiba-tiba seorang perawat datang dengan tergesa-gesa. Kami pun memasuki ruangan. Kulihat perempuan tadi bukan perempuan yang kulihat sebelumnya. Mukanya berubah pucat pasi, ujung-ujung jemarinya memanjang, bibirnya gemetaran, detak jantungnya semakin melemah, tensi darah menurun.
Para dokter langsung dengan sigap menyelamatkan nyawa pasien ini. Mereka berusaha memberikan pertolongan untuk menyelamatkan jiwanya. Aku pun takut ia menutup lembaran catatannya tanpa mengucap kalimat, “Laa ilaaha illallah.”
Dokter Ahmad berkata, “Ikuti bacaanku, ‘Laa ilaaha illallah’.” Bibirnya terkunci seperti gunung yang kokoh, tidak bisa berkata walau hanya satu huruf. Kuulangi kedua kali, ketiga kali, rupanya pasien ini menghadapi sakaratul maut. Mulailah aku mendengar suara kerongkongannya dan keluarlah huruf-huruf yang tidak kumengerti.
“Kuulangi lagi ucapan Laa ilaaha illallah. Tiba-tiba ia bernyanyi dengan suara terbata-bata dari kerongkongan. Ia menyanyikan lagu salah seorang artis. Belum selesailah bernyanyi keluarlah ruh dari jasadnya. Ia pun bernyanyi sebelum meninggal. Para hari kiamat ia akan dibangkitkan dengan para penyanyi.”
Demi Allah, kalau pun kita berteriak pada hari kiamat kelak dan setiap hari menggigit jari dan menangis darah, “Ya Rabb, keluarkanlah aku.” Demi Allah SWT, aku tidak akan mendengar, kecuali apa yang Engkau ridhoi dan aku tidak akan melihat, kecuali apa yang Engkau ridhoi. Aku akan bangun malam dan akan berpuasa pada siang hari sampai aku meninggal. Apakah bisa untuk kembali ke dunia? []
Referensi: Bermalam di Surga/Karya: Dr. Hasan Syam Basya/Penerbit: Gema Insani Jakarta 2015