Oleh: Rohmat Saputra
Anggota Kelas Menulis Islampos
ROMAWI yang dalam Islam disebut dengan Bani Asfar, merupakan salah satu dari poros super power di dunia sebelum Nabi Muhammad diutus. Saat itu ada dua kekuatan besar yang memiliki kekuasaan luas. Persia dan Romawi. Secara Ideologi, Persia menginduk pada peribadatan Majusi, menyembah api. Adapun Romawi menginduk pada penyembahan Yesus. Namun hal yang berbeda dari dua kekuataan ini adalah, Persia berdiri pada satu kepemimpinan, sedangkan Romawi terbelah menjadi dua. Yaitu Romawi Timur dan Barat.
Romawi Barat pusatnya berada di Roma, dan Romawi Timur pusatnya di Konstantinopel, Turki saat ini. Meski sama-sama Romawi, tapi bisa berbeda pendapat. Bahkan dalam sejarah pernah terjadi saling serang. Romawi Barat menyerang Konstantinopel.
Rosul mulai menyebarkan Islam ke Romawi selepas dari Jazirah Arab. Hal itu ditandai dengan menangnya kaum muslimin dalam Perang Hunain. Saat itu walaupun muslimin kalah diawal, tapi kemudian kekalahan itu berbalik ke pasukan musuh. Saat itu musuh kalah telak. Ditambah mereka datang dari berbagai kabilah yang membawa seluruh keluarga dan harta. Maka jangan heran, ghanimah, rampasan perang yang didapati kaum muslimin sangat banyak.
Langkah pertama dalam mendakwahkan Islam ke Bani Asfar adalah dengan mengirimi surat. Bersamaan dengan itu, beliau juga mengirim surat ke raja Persia. Sahabat yang dikirim ke Raja Persia adalah Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi. Dan sahabat yang dikirim ke Raja Romawi adalah Dhi’ya’ bin Khalifah Al-Kalbi. Setelah surat sampai, bentuk feed back dari dua kerajaan besar itu jauh berbeda. Raja Persia marah besar hanya karena tulisan nama sang raja didahului nama Nabi dalam surat tersebut. Kemudian surat itu dirobek-robek.
Tapi berbeda dengan raja Romawi. Terjadi dialog hangat antara utusan dengan raja. Nampak sekali jika raja Romawi mengakui kenabian Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Tapi Ia berfikir tak mungkin meninggalkan kerajaannya yang begitu besar. Akan jadi masalah rumit bila dia akhirnya masuk Islam.
Jauh sebelum itu, Raja Romawi selalu mencari data-data mengenai kenabian. Baik itu bertanya langsung ke para pedagang Quraisy yang berdagang hingga ke daerah Romawi, atau melalui dialog dengan utusan-utusan Islam. Salah satu contohnya adalah dialog panjang antara Raja Heraklius dengan Abu Sufyan yang disebutkan dalam shahih bukhari.
Pernah suatu kali Raja Heraklius berkata lantaran keyakinan dengan sosok Nabi terakhir, “Kalau bukan karena kerajaanku ini, aku pasti akan mendatangi Madinah. Akan aku cuci kakinya.”
Setelah nabi mendapat tanggapan baik dari Kaisar Romawi, maka beliau pun memberi tanggapan dengan baik melalui sebuah do’a, “Semoga Allah abadikan kerajaannya.”
Do’a Nabi terkabul. Kerajaan Romawi bertahan lama. Contohnya pusat dari Romawi Timur. Setelah beberapa abad barulah ditaklukkan Melalui tangan Sultan Mehmed II atau dikenal dengan Muhammad Al-Fatih. Adapun Romawi Barat bertahan hingga saat ini. Tak terjamah sedikitpun oleh kaum muslimin.
Namun jauh perbandingannya dengan kerajaan Persia. Kerajaan itu hancur sehancur-hancurnya. Peradaban mereka hanya menyisakan bangunan. Raja terakhir Persia, Yazdigird pun saat itu mati dalam keadaan terhina. Dibunuh oleh salah seorang tukang besi saat ia tertidur pulas.
Hal yang patut dipertanyakan, kenapa Kerajaan Romawi sampai saat ini bisa bertahan dari pada kerajaan Persia?
karena diantara dari dua kerajaan digdaya ini, yang paling dzalim adalah Persia. Dari sini bisa diambil asumsi, bahwa sebuah pemerintahan itu mampu bertahan lama karena tidak dzalim. Dan bisa jadi sebuah pemerintahan tak mampu bertahan karena kedzaliman.
Sebab lainnya kenapa Romawi bertahan, kemungkinan besar Romawi yang ada saat ini merupakan skenario Allah agar ditaklukkan oleh manusia terbaik di akhir zaman. Siapa mereka? Wallahu A’lam. Sebab melihat dari hadist yang membahas seputar Malhamah Al-Kubra (hura akhir zaman), Bani Asfar atau Romawi akan berbenturan keras dengan kaum muslimin. Akan terjadi peperangan terakhir megabesar yang tak pernah ada sebelumnya. Akibatnya runtuhlah Kerajaan Romawi Barat.
Bibit kedzaliman Persia mulai tampak saat menerima surat dakwah dari Nabi. Tanggapannya sangat buruk. Bahkan merobek-robek surat di depan utusan Rosul. Maka Nabi pun mendoakan keburukan bagi Persia, “Semoga Allah merobek-robek Istana dan kerajaannya”.
Dari do’a tersebut, kerajaan Persia hancur melalui Khalifah Umar bin Khattab dengan mengutus Saad bin Abi Waqqas sebagai panglima. Kerajaan besar yang telah lama berdiri berabad-abad itu hilang kekuatannya tanpa ada upaya untuk bangkit.
Kaum muslimin di masa Umar bin Khattab mampu melakukan Futuhat (pembukaan) Romawi bagian Timur. Termasuk di dalamnya Baitul Maqdis dan Damaskus yang terlingkup pada wilayah Syam. Kemudian pada masa dinasti Ustmaniyah pusat Romawi Timur dapat ditaklukkan. Tapi Allah takdirkan Romawi Barat yang berpusat di Roma tidak tersentuh.
Sejarah Islam menyebutkan, suatu ketika pasukan muslimin di Andalusia melawan pasukan kristen hingga masuk lebih dalam ke wilayah Spanyol. Setelah berhasil ditaklukkan, masuk lagi ke wilayah Portugal dan Paris. Namun pasukan muslim terhenti sampai Paris saja. Sebenarnya masih ada satu daerah lagi yang harus ditaklukkan agar mencapai pada pusatnya. Yaitu Italia. Karena letak pusat Romawi barat urutannya setelah Italia. Itu berarti muslimin hampir menaklukkan Romawi seutuhnya. Tapi Allah belum mengizinkan.
Penaklukkan disini bukan berarti ingin menguasai semua dan bertindak semena-mena. Tapi untuk menyebarkan Islam lebih luas kepelosok negara barat. Di akhir zaman sebelum munculnya tanda kiamat besar, Rosulullah sudah mengabarkan bahwa Roma akan ditaklukkan. Kemudian hal ini diperkuat lagi dengan perkataan salah seorang ulama Ahli Hadist, Syaikh Nasiruddin Al-Albani Rahimahullah sebagaimana dikisahkan oleh Ust. Budi Ashari dalam tausiyahnya.
Beliau berkata, “Penaklukkan Konstantinopel telah dilakukan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih. Dan tidak lama lagi kita akan mendengar penaklukkan Roma. Penaklukkan Roma mengisyaratkan kembalinya khilafah Islamiyah.”
Itu berarti takluknya Pusat Romawi merupakan hasil dari khilafah Islamiyah.
Romawi dengan kebesaran saat ini yang memiliki kelebihan, baik dari pasukan terbaik, persenjataan yang sangat lengkap dan siap kapan saja digunakan, sampai dengan fisik mereka yang kuat. Lantas seperti apakah umat yang mampu mengalahkan mereka?
Tentu pasukan itu tak jauh berbeda, atau mungkin lebih unggul dari pada pasukan Muhammad Al-Fatih. Baik dari segi Ruhiyah maupun fisik.
Itulah beberapa selayang pandang Romawi yang sejarah dan masa depannya penuh bersinggungan dengan umat Islam. Meski mereka memiliki kekuatan adidaya, tapi suatu waktu akan tergantikan oleh peradaban yang selalu menyebarkan kedamaian kepada seluruh alam. Wallahu A’lam Bisyowab. []
Sumber referensi:
– Muhammad Al-Fatih 1435, Felix Siau
– Nubuwwat Perang Akhir Zaman, Abu Fatiah Al-Adnani
– Bangkit dan Runtuhnya Andalusia, Raghib As-Sirjani
– Ceramah Ust. Budi Ashari