DOHA- Kantor berita Al Jazeera mengecam keputusan pemerintah Israel menutup kantor dan melarang wartawan Al Jazeera untuk meliput di wilayah Israel dan juga wilayah pendudukan Israel.
Rencana Israel menutup Al Jazeera muncul pada saat terjadi ketegangan di al-Aqsa, dimana Al Jazeera adalah salah satu media yang rajin meliput insiden itu.
“Al Jazeera mencela keputusan ini, yang dibuat oleh sebuah negara yang mengklaim sebagai satu-satunya negara demokratis di Timur Tengah,” kata Al Jazeera dalam sebuah pernyataan, pada Senin (07/8/2017) kemarin seperti dilansir Anadolu Agency
Kantor berita yang berbasis di Doha, Qatar itu tersebut menggambarkan langkah Israel itu aneh dan bias, dengan mengatakan bahwa menteri Israel tidak dapat membuktikan komentarnya dengan mengacu pada satu buletin berita, atau situasi yang membuktikan bahwa Al Jazeera tidak profesional atau objektif selama liputannya di Yerusalem.
“Al Jazeera akan terus meliput berita dan peristiwa di wilayah Palestina yang diduduki secara profesional, dan obyektif sesuai dengan standar jurnalistik umum yang ditetapkan oleh organisasi internasional yang relevan,” ujarnya.
Sebelumnya diwartakan, semalam Menteri Komunikasi Israel Ayoub Kara menuturkan, pihaknya berencana untuk menutup Al Jazeera. Pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berdalih, media tersebut memberikan dukungan terorisme.[]