Namanya Maksum. Ia adalah seorang pengayuh becak. Pria berusia 79 tahun ini rela bekerja sebagai tukang becak untuk mewujudkan mimpinya pergi naik haji.
Penghasilannya rata-rata Rp. 20.00 per hari. Tapi siapa sangka, meski dengan penghasilan sekecil itu, Maksum saat ini sudah terdaftar sebagai calon Jamaah haji di Surabaya.
Menurut Maksum, dia terus mengumpulkan lembaran rupiah dari keringatnya mengayuh si hijau, becak miliknya.
“Saya tidak ingat berapa lama (mengumpulkan uang), yang jelas sudah lama sekali,” tuturnya tidak berhasil mengingat,
“Kalau dapat uang sedikit saya simpan. Makan sudah sama anak-anak. Kebetulan dua anak saya masih tinggal di rumah. Nanti kalau uang sudah terkumpul Rp 500 ribu, saya tabung. Biasanya sebulan bisa Rp 500 ribu. Sudah dapat Rp 20 juta, saya buka rekening haji,” tuturnya.
Pria asal Bangkalan, Madura, itu menuturkan tak ada cara khusus untuk sebuah cita-cita tersebut.
Maksum hanya ingat jika dia pernah mengaji di sebuah pesantren di Madura.
Dalam pengajian tersebut, Maksum mengingat sebagian isi hadis yang disampaikan gurunya.
“Yang artinya Rukun Iman ada enam. Nomor satu, percaya kepada Allah. Saya percaya jika Allah menghendaki, semua pasti akan terjadi. Jadi saya ikhtiar, menabung dan berdoa,” tuturnya yang mengayuh becak sejak 1996 tersebut.
Pria berpenampilan sederhana ini mengaku selalu berdoa meminta rezeki halal yang banyak pada setiap kesempatannya beribadah.
Saat mendengar kabar bisa naik haji tahun ini, Maksum berucap syukur. Semangatnya kian bertambah.
Bagaimana tidak, dia tetap mengayuh becaknya saat ikut manasik haji di Kampus Muhammadiyah, Sutorejo.
Menurut tetangga Maksum, Indah (47), Mbah Soma santun dan rajin ibadah.
Maksum merupakan warga yang religius. Dia kerap menjadi imam shalat di Musola Al Firdaus, Kapasan Samping gang 3.
“Beliau itu tekun dan juga suka beramal. Semisal kemarin ada perbaikan mushola, Beliau ikut menyumbang semen walau hanya seorang tukang becak,” jelas Indah saat bertamu di rumah Maksum.
Tidak ada persiapan khusus yang dilakukan Maksum.
Ia pun tak membeli pakaian atau peralatan salat baru seperti kebanyakan jemaah calon haji lain.
Baginya, pakaian yang diberikan KBIH dan bank tempatnya menabung sudah cukup.
“Saya tidak beli apa-apa, dipakai syukuran saja uangnya,” jelasnya pelan.
Sesampainya di Makkah nanti, Maksum tidak menyiapkan doa khusus.
Dia hanya ingin berdoa agar dirinya dan keluarga mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
“Tidak ada doa khusus, keselamatan dunia akhirat itu sudah mencakup banyak hal,” paparnya sambil tersenyum. []
Sumber: tribunnews