NEW DELHI– Laporan terbaru terkait Muslim Rohingya mengkhawatirkan. India sedang bernegosiasi dengan Bangladesh untuk mendeportasi sekitar 40.000 Rohingya. India menyebut bahwa mereka secara ilegal tinggal negaranya.
Sementara itu, ribuan orang Rohingya telah mencoba melarikan diri ke Australia. Namun, mantan Perdana Menteri Tony Abbott pada 2015 dengan tegas mengatakan “Tidak, tidak, tidak”, ketika ditanya apakah dia akan mengizinkan 8.000 orang Rohingya yang terkatung-katung di laut untuk memasuki negara tersebut.
Pemerintah negara bagian diperintahkan untuk mengatur satuan tugas untuk membantu deportasi mereka, “Kejelasan lebih lanjut akan muncul pada waktu yang tepat,” kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri India, Dhatwalia.
14.000 orang Rohingya di India terdaftar di badan pengungsi PBB. Ini berarti pihak berwenang di India melihat puluhan ribu orang yang telah melarikan diri dari penganiayaan di Myanmar selama lebih dari 20 tahun sebagai ilegal seperti dilaporkan Reteurs.
Myanmar tidak memberikan kewarganegaraan kepada Rohingya dan melihat mereka sebagai orang asing yang tidak memiliki legalitas tinggal. Menurut data PBB, ada 1,33 juta orang Rohingya di Myanmar pada tahun 2014, namun puluhan ribu orang telah mengungsi karena tindakan keras pemerintah. Mereka telah melarikan diri ke India, Bangladesh dan dalam jumlah yang lebih kecil ke Malaysia, Thailand, dan Indonesia.
Tindakan India terhadap Rohingya terjadi pada saat yang kritis bagi etnis tersebut. Di negara asal, pemerintah Myanmar telah mengirim 500 tentara untuk memperketat keamanan di negara bagian Rakhine barat laut yang bergolak.
Sebuah negara berpenduduk mayoritas Muslim di sebuah negara berpenduduk mayoritas Buddha, Rakhine telah menyaksikan pertempuran meningkat sejak Oktober 2016, ketika gerilyawan Rohingya membunuh sembilan polisi perbatasan.
Sejak saat itu, pemerintah telah meningkatkan kampanyenya melawan Rohingya, menghapus seluruh desa. Perkiraan PBB setidaknya 75.000 telah melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh. Pada bulan April, CNN melaporkan bahwa orang-orang Rohingya tinggal di kamp-kamp yang penuh sesak, banjir, dan kotor.[]