Oleh: Ahmad Ghozi Abdullah
WAHAI para lelaki, ketika kalian dihadapkan pada suatu masalah seperti kesenjangan sosial, konflik, kisrah kisruh ekonomi dan politik, dan dakwah yang semakin berat, apakah kalian mampu untuk menghadapinya? Dengan yakin kalian pasti menjawab, “ya, kami siap menghadapi”.
Tetapi halnya ketika kalian di hadapkan dengan seorang wanita cantik yang lemah, haus akan cinta, dan begitu menggoda, apakah kalian siap untuk dapat menahan diri kalian? Jawabannya belum tentu kalian mampu.
Seperti halnya fir’aun yang begitu keras kepala dan keji terhadap semua budak, tetapi ketika istrinya merayu, dia tak akan bisa menolak segala kemauannya. Begitu kuatnya pengaruh wanita terhadap kehidupan pria. Karena wanita merupakan ujian terberat bagi seorang pria, maka dari itu Allah memerintahkan untuk seluruh lelaki agar menundukan pandangannya. Dan Allah juga memerintahkan wanita untuk menutup auratnya agar dia terjaga dari kejahatan mata lelaki.
Bicara soal cinta, asmara, atau hubungan laki-laki dan wanita, adalah pembicaraan yang menarik bagi siapa saja. Karena fitrahnya pria dan wanita adalah untuk saling melengkapi satu sama lain, yang jelas cinta itu memang fitrah yang Allah berikan kepada manusia.
Namun, jangan kita berbesar hati dulu, karena bukan hanya cinta yang menjadi fitrah, tetapi Allah juga menganugerahkan nafsu sebagai fitrah manusia.
Nafsu adalah keinginan mendasar manusia yang harus di batasi geraknya. Karena nafsu, juga dapat berpura-pura menjadi cinta namun menjerumuskan seseorang kedalam jebakannya.
Lalu seperti apa siluman nafsu ini menjelma jadi cinta islami? Sebagai contohnya adalah hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan mahromnya atau belum halal cintanya.
Terkait pacaran islami, sayangnya banyak juga akhirnya aktifis dakwah yang masuk ke dalam jebakan ini. dengan berbagai hiasan hiasan berbau islam, hubungan ini terlihat seperti halal untuk dilakukan. Namun perlu menjadi catatan adalah, jangan merasa diri yang melihat seolah paling benar dan berhak menghukumi seseorang yang sedang dilanda cinta ini. Karena belum tentu kita juga mampu ketika di hadapkan yang namanya percintaan. bukan berarti kita tak di uji, namun orang yang mampu menahan dirinya dari segala rayuan cinta yang belum halal adalah suatu kebanggaan sebagai seorang muslim yang kuat imannya. Maka tahanlah nafsu kita dengan sebaik mungkin, karena jika kita sudah masuk kedalamnya, maka akan sulit bagi kita keluar dari jebakannya.
Lalu bagaimana dengan seorang aktifis islam tetapi menjalin hubungan yang belum halal itu. Cukup liat bagaimana dia mengakhiri kisah cintanya, biasanya aktifis sejati tidak akan nyaman terlalu nyaman dengan cinta seperti itu, seorang aktifis islam sejati akan maju berjuang untuk menghalalkan, atau akan berkorban dengan meninggalkannya.
Karena dengan itu bentuk dia untuk segera bertaubat dan memperbaiki kesalahannya. Ketika dia menikah, berarti dia memilih menghalalkan cintanya di hadapan Allah. Dan ketika dia meninggalkan nya karna Allah, berarti dia takut akan siksa-Nya.
Ikhwan sejati adalah dia yang rela berjuang atau berkorban karena-Nya. Dengan mempercayakan cintanya kepada Allah Swt. Ikhwan sejati akan terus berjuang agar perasaanya itu tidak menjadi sumber dosa baginya. Meninggalkan cinta karena-Nya, atau menghalalkan cinta karena-Nya.
Ketika usaha untuk mengahalalkan cintamu telah maksimal, namun berakhir dengan merelakan cintamu, jangan pernah kecewa dengan kehendaknya. Allah jauh lebih tau apa yang baik untuk orang kuat sepertimu.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Yakinlah cinta Allah lebih besar dari cinta yang kau korbankan itu. Wallahu a’lam. []