ADA lagi yang insya-Allah lebih indah dari jima’: kepercayaan. Perasaan bahwa istri atau suami memberikan kepercayaan merupakan sesuatu yang sangat berharga. Perasaan memiliki kepercayaan terhadap teman hidup, juga sangat berharga. Ketika rasa percaya itu ada, suami tidak khawatir ketika meninggalkan istrinya di rumah. Dan ini termasuk salah satu dari tiga kebahagiaan seorang laki-laki.
Rasulullah Saw. bersabda, “Tiga kunci kebahagiaan seorang laki-laki adalah istri shalihah yang jika dipandang membuatmu semakin sayang dan jika kamu pergi membuatmu merasa aman, dia bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu; kendaraan yang baik yang bisa mengantar kema-na kamu pergi; dan rumah yang damai yang penuh kasih-sayang. Tiga perkara yang membuatnya sengsara adalah istri yang tidak membuatmu bahagia jika dipandang dan tidak bisa menjaga lidahnya juga tidak membuatmu merasa aman jika kamu pergi karena tidak bisa menjaga kehormatan diri dan hartamu; kendaraan rusak yang jika dipakai hanya membuatmu lelah namun jika kamu tinggalkan tidak bisa mengantarmu pergi; rumah yang sempit yang tidak kamu temukan kedamaian di dalamnya.”
Proses menuju pernikahan banyak memberi pengaruh terhadap seberapa jauh masing-masing memiliki kepercayaan dan merasa mendapatkan kepercayaan dari orang yang dicintai.
Selain kepercayaan, mendengarkan dan didengarkan, serta perasaan diterima dan didukung, perhatian dan kelembutan merupakan sesuatu yang berharga. Keintiman fisik sebagai salah satu bentuk kebersamaan di luar jima’, juga dibutuhkan. Kedekatan fisik atau mungkin sampai membawa mereka kepada permainan dan cumbuan, dapat dilakukan misalnya ketika menghabiskan waktu aurat. Pada saat ini masing-masing bisa beristirahat dengan melepaskan pakaian luar. Selebihnya mereka bisa saling memandang dan saling menyentuh. Tidak lebih. Kecuali jika Anda memang ingin melanjutkan ke hubungan seks.
Akhirnya, kata Ruqayyah, sedikit “sentuhan” tambahan sebenarnya dapat memperlancar hubungan. Rasulullah Saw. bersabda, “Menyuapkan sedikit makanan ke dalam mulut istri adalah sedekah.” (Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan jenis kelembutan yang harus hadir dalam keluarga Muslim. Remasan, rangkulan, sentuhan tangan, cubitan kecil di pipi, hadiah kecil yang menunjukkan Anda mengingat istri selama bekerja –semua itu merupakan sarana penghantar cinta Anda kepada istri. Begitu Ruqayyah menjelaskan.
Kelak ketika Allah telah menganugerahkan seorang anak dalam pernikahan kita, keindahan itu semakin sempurna jika orangtua memiliki misi terhadap anaknya dan mampu membina hubungan yang serasi dengan anaknya. Tanpa itu, kita bisa mengalami kebosanan selama berada di rumah. Yuni Nur Kayati, seorang ibu berputera satu menulis di dalam bukunya Anakku, Dengarlah Ibu Ingin Bicara tentang masalah ini. Kata Yuni, “Menjalani rutinitas sehari-hari di rumah akan menjadi suatu yang membosankan jika kita tidak mampu memaknainya. Untuk itu, kesadaran bahwa ini adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah sangat penting. Dan kita akan menjalankan dengan perasaan bahagia.”
Demikian.
Keindahan tak sekedar “itu”. Tak sekedar jima’. Mudah-mudahan keindahan ini ada dalam keluarga kita. Mudah-mudahan Allah membarakahi. []
Sumber: Kupinang Engkau dengan Hamdallah/Muhammad Fauzhil Adhim/Penerbit, : Mitra Pustaka.