MANUSIA diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, yakni tidak bisa hidup seorang diri. Mereka membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Namun, tak sedikit orang yang merasa bahwa dirinya bisa hidup seorang diri tanpa orang lain. Padahal, ia tidak menyadari bahwa apa yang dikatakan olehnya bertentangan dengan kehidupan yang sedang ia alami.
Seluruh pelengkap kehidupan di dunia ini atas kehendak Allah melalui tangan manusia. Dan tidak semua manusia dapat menciptakan sesuatu. Hanya orang-orang tertentu yang mampu berkarya dan memberikan manfaat bagi orang lain. Namun demikian, antara manusia yang satu dengan manusia yang lain itu saling melengkapi. Ia tidak bisa hidup dalam satu bidang kemampuan saja. Dalam hal lain ia membutuhkan orang lain.
Seperti halnya tukang cukur. Ia bisa mencukur orang lain, membantu orang lain dalam merapikan rambutnya. Tapi, ia sendiri tidak bisa mencukur rambutnya sendiri. Ia membutuhkan orang lain untuk mencukur rambutnya.
Jadi, jelas sudah bahwa orang yang membanggakan diri bisa hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain itu “bohong besar”! Namun, karena mengikuti nafusnya sendiri ia tidak mau mengakui hal itu. Bahkan, ia memutuskan hubungan dengan saudaranya sendiri. Mungkin karena memang kurangnya sosialisasi dengan yang lain, ia memutuskan untuk hidup seorang diri. Bisa juga karena sebuah permasalahan yang sepele, menjadikannya bertindak seperti itu.
Padahal, memutuskan hubungan persaudaraan merupakan suatu perkara yang sangat dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Bahkan, orang yang melakukan perbuatan dosa tersebut akan langsung mendapat siksaan dari-Nya di dunia.
Sebagaiman diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwasanya beliau bersabda, “Tidak ada perbuatan baik yang lebih cepat pahalanya daripada mempererat tali persaudaraan, dan tidak ada dosa yang lebih pantas disegerakan oleh Allah siksaannya di dunia, disamping siksaan yang disimpan di akhirat melebihi daripada berbuat aniaya dan memutuskan tali persaudaraan.”
Jadi, ketika ada permasalahan sesama saudara jangan sampai terjadi pemutusan tali yang telah dibuat begitu erat. Jangan sampai terkalahkan oleh hawa nafsu yang terkadang membutakan hati dan pikiran kita. Maka, seberat apa pun permasalahan dengan saudara, usahakan diselesaikan hingga tuntas tanpa mengedapankan emosi. Jika tidak demikian, hingga terjadi pemutusan tali persaudaraan, maka kita sendiri yang akan merasakan pedihnya siksaan dari Allah SWT. Bahkan bukan hanya di akhirat, di dunia pun akan terasa. Naudzubillah. []
Sumber: Terjemah Tanbihul Ghafilin Peringatan bagi Orang-orang yang Lupa 1/Karya: Abu Laits as Samarqandi/Penerbit: PT Karya Toha Putra Semarang