BERAPA lama Anda sudah menikah? Dan seberapa sering bermesraan dengan pasangan? Sebera pun seringnya, semoga tidak pernah melupakan doa. Ya, dalam Islam, ketika hendak jima pun, kita diajarkan untuk berdoa sebelumnya.
Doa merupakan pengharapan kita kepada Allah SWT. Dimana saat kita mengharapkan sesuatu alangkah baiknya berdoa sebelum melakukan sesuatu, agar diberi kemudahan dan mendapatkan hasil yang terbaik. Doa yang kita bahas di sini adalah saat kita akan melakukan hubungan intim dengan pasangan pastinya.
Doa sebelum bersetubuh atau yang di dalam Islam disebut jima’, adalah doa agar saat kita bersetubuh dijauhkan dari gangguan setan dan berharap hasil atau anak yang kita harapkan menjadi anak yang sholeh dan pastinya berbakti kepada orang tua.
Doanya sebagai berikut :
Bismillaahi, Alloohumma jannibnaashshaythoona wa jannibishaiythoona maa rijaktanaa
“Dengan Nama Allah, ya Allah, jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkan syaitan agar tidak mengganggu apa (anak) yang Engkau rizkikan kepada kami.”
HR.Abu Dawud no,2160, Ibnu Majah no.1918 dan lihatlah shahih Ibnu Majah I/324 dan Aadaabuz Zifaaf fis Sunnah al-Muthahharah hal 93 oleh Syaikh al-Albani.
HR.Al-Bukhari no 141, 3271, 5165, dan 6388, dan Muslim no 1434, dari ‘Abbas.
Sabda Nabi “Apabila ditakdirkan mendapatkan anak, maka ia (anak itu) tidak akan diganggu oleh syaitan selama-lamanya.”
Sekadar pengingat saja, Allah Azza wa Jalla juga menyatakan di dalam firman-Nya, bahwa syarat untuk melakukan hubungan badan ialah harus dalam kondisi suci. Kesucian tubuh dari ‘penyakit’ haid adalah demi mewujudkan seks sehat, sebagaimana firman-Nya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah. Haid itu adalah kotoran (penyakit).Oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri,” (QS. al-Baqarah/2: 222).
Rasulullah SAW bersabda: “Jika seseorang diantara kamu bersenggama dengan istrinya, hendaklah ia lakukan dengan penuh kesungguhan. Kemudian, kalau ia telah menyelesaikan kebutuhannya sebelum istri mendapatkan kepuasan, maka janganlah ia buru-buru mencabut (kemaluannya), sampai istrinya menemukan kepuasan,” (HR Abdul Razaq). []
Sumber: de-kill