PALESTINA—Muslim Tepi Barat mengeluhkan tingginya harga domba menjelang Idul Adha. Hal ini menyulitkan Muslim dari berbagai segmen, baik yang bekerja maupun yang menganggur untuk melaksanakan kurban.
“Penurunan daya beli telah meninggalkan dampak yang dalam bagi masyarakat. Kini banyak keluarga Palestina yang tidak membeli domba untuk berkurban, seperti yang terjadi tahun lalu,” kata Ahmed Abu Nasser, seorang warga Ramallah, seperti dilansir PIC pada Ahad (27/8/2017).
Abu Nasser menekankan bahwa pedagang domba menaikkan harga daging karena mendekati Idul Adha, sehingga menambah orang yang tidak dapat membelinya. Kurangnya proporsi daging kurban berdampak pada sedikitnya jumlah daging yang akan disumbangkan bagi keluarga yang membutuhkan seperti pada tahun-tahun sebelumnya.
Ali Dweikat, seorang peternak mengatakan bahwa pedagang domba menaikkan harga untuk meningkatkan keuntungan mereka. “Petani hanya menghasilkan sedikit karena tingginya harga makan domba dan biaya lainnya, dan pedaganglah yang mengendalikan harga, bukan petani.”
Pekerja konstruksi Massoud Harazallah bertanya-tanya tentang peran Asosiasi Perlindungan Konsumen dan Kementerian Ekonomi Nasional dan institusi lainnya karena ketidakmampuan mereka untuk menghadapi keserakahan pedagang domba, yang menaikkan harga untuk meningkatkan keuntungan mereka.
Mahmud Al-Masri dari Nablus, peternak hewan, menekankan bahwa kenaikkan harga domba dikendalikan oleh pedagang; mereka menjual tidak sesuai dengan harga yang diumumkan oleh Kementerian. Kadang-kadang, harganya bisa mencapai tujuh dinar Yordania per satu kilogram anak domba, mengambil keuntungan dari Idul Adha karena banyaknya permintaan selama hari raya kurban.
Menurut statistik dari Kementerian Pertanian Palestina, sektor pertanian menyumbang 25-35% dari pendapatan nasional Palestina 25 tahun yang lalu. Namun terus menurun karena kurangnya padang rumput akibat konstruksi pemukiman ilegal Israel, harga pakan yang tinggi dan faktor lainnya. []