HARI Raya Idul Adha atau lebih dikenal dengan Hari Raya Kurban telah tiba. Setelah melakukan shalat Ied, sampai tiga hari berikutnya yakni pada 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, umat Islam yang berkemampuan dianjurkan untuk menyembelih hewan kurban, baik berupa sapi ataupun domba.
Dalam Islam terdapat aturan atau adab-adab ketika menyembelih hewan qurban, diantaranya adalah :
Pertama, penyembelih dianjurkan untuk menghadap kiblat dan menghadapakan hewan sembelihan ke arah kiblat.
Dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar, adalah Ibnu Umar jika membawa hadyu dari Madinah maka beliau tandai bahwa hewan tersebut adalah hewan hadyu dengan menggantungkan sesuatu padanya dan melukai punuknya di daerah Dzul Hulaifah. Beliau gantungi sesuatu sebelum beliau lukai. Dua hal ini dilakukan di satu tempat. Sambil menghadap kiblat beliau gantungi hewan tersebut dengan dua buah sandal dan beliau lukai dari sisi kiri. Hewan ini beliau bawa sampai beliau ajak wukuf di Arafah bersama banyak orang kemudian beliau bertolak meninggalkan Arafah dengan membawa hewan tersebut ketika banyak orang bertolak. Ketika beliau tiba di Mina pada pagi hari tanggal 10 Dzulhijjah beliau sembelih hewan tersebut sebelum beliau memotong atau menggundul rambut kepala. Beliau sendiri yang menyembelih hadyu beliau. Beliau jajarkan onta-onta hadyu tersebut dalam posisi berdiri dan beliau arahkan ke arah kiblat kemudian beliau memakan sebagian dagingnya dan beliau berikan kepada yang lain (HR Malik dalam al Muwatha’ no 1405).
Kedua, dianjurkan untuk menajamkan pisau yang akan digunakan untuk menyembelih.
Dari Syadad bin Aus, beliau berkata, “Ada dua hal yang kuhafal dari sabda Rasulullah yaitu Sesungguhnya Allah itu mewajibkan untuk berbuat baik terhadap segala sesuatu. Jika kalian membunuh maka bunuhlah dengan cara yang baik. Demikian pula, jika kalian menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaknya kalian tajamkan pisau dan kalian buat hewan sembelihan tersebut merasa senang” (HR Muslim no 5167).
Ketiga, menyembunyikan pisau atau golok yang dipakai untuk menyembelih dari hewan qurban.
Keempat, ketika proses penyembelihan, jangan sampai hewan qurban lain melihatnya.
Kelima, tidak menyakiti hewan sebelum nyawanya benar-benar hilang
Keenam, membaca d’oa ‘Bismillahi Wallaahu Akbaru Allahumma Minka Walaka ‘an Pulaanin’ [Dengan nama Allah, Allah yang Maha Besar, ya Allah Qurban ini dari Engkau dan untuk Engkau dari………(pemberi qurban)]ketika menyembelihnya. []
Sumber: Fiqqih Sunnah/Sayid Sabiq