TIADA yang bisa mengangkat derajat seseorang selain dengan ilmu. Harta dan jabatan tanpa dibarngi dengan ilmu hanya akan berujung pada kesengsaraan. Ilmu pula yang bisa mengangkat derajat seorang hamba di sisi Allah SWT dibandingkan manusia lainnya.
Salah seorang hamba yang Allah berikan kelebihan ilmu yakni Nabi Khidir. Kedudukannya begitu mulia di mata manusia lainnya karena memiliki ilmu cukup tinggi daripada yang lain. Ilmu apakah itu? Yakni ilmu laduni.
Ilmu laduni merupakan ilmu yang berasal dari Allah SWT. Ilmu ini diberikan kepada Nabi dan Rasul-Nya. Dan hanya orang-orang pilihan-Nya sajalah yang bisa menguasai ilmu tersebut.
Tidak semua ilmu laduni ini memiliki tingkatan yang sama. Melainkan satu sama lain berbeda. Sebagaimana yang dirasakan antara satu nabi dengan nabi yang lain. Seperti halnya Nabi Musa yang ketika ditanya oleh salah satu pengikutnya dari Bani Israil, “Siapakah yang paling berilmu?” Nabi Musa menjawab, “Saya.”
Allah SWT tidak sependapat dengan apa yang dikatakan Musa. Akhirnya Allah menegurnya dan memberitahukan bahwa ada seorang hamba yang memiliki ilmu lebih tinggi darinya. Hingga kemudian Musa memohon untuk dipertemukan dengannya.
Allah pun mengabulkan permintaan Nabi Musa. Ia bertemu dengan Nabi Khidir. Nabi Musa memohon untuk berguru padanya. Tetapi, Nabi Khidir menjawab bahwa Nabi Musa tak akan mungkin mampu bertahan dengannya. Hanya saja, Nabi Musa tetap bersikeras. Hingga akhirnya, Nabi Khidir memperbolehkan ikut dengannya dengan syarat Nabi Musa tidak boleh bertanya apapun atas perbuatan yang Nabi Khidir lakukan, hingga ia sendiri yang memberitahukannya.
Akhirnya mereka melakukan perjalanan. Mereka menaiki sebuah perahu. Tetapi, di perjalanan Nabi Khidir melubangi perahu itu. Nabi Musa tak kuasa menahan tanya, hingga akhirnya ia bertanya kepada Nabi Khidir. Kemudian, Nabi Khidir menegurnya untuk ingat terhadap janjinya.
Selanjutnya, sesampainya di daratan Nabi Khidir membunuh seorang anak. Nabi Musa pun tak bisa menahan rasa ingin tahunya, dan bertanya kepada Nabi Khidir. Hingga akhirnya, Nabi Khidir pun menegurnya dan mengingatkan akan janjinya. Nabi Musa pun meminta maaf dan berkata bahwa jika ia kembali bertanya maka pupuslah keinginannya untuk berguru pada Nabi Khidir.
Setibanya di suatu wilayah, mereka merasa kelelahan dan hendak meminta bantuan pada penduduk sekitar. Hanya saja, sikap penduduk sekitar begitu dingin, tidak bersahabat dan tidak menerima kedatangan mereka. Kemudian Nabi Khidir melihat suatu rumah yang akan roboh. Ia memperbaiki rumah itu. Hingga akhirnya menimbulkan tanya pada benak Nabi Musa. Dari situlah Nabi Musa tidak bisa lagi mengikuti perjalanan bersama Nabi Khidir dan berguru padanya.
Kemudian, Nabi Khidir menjelaskan atas perbuatan yang ia lakukan sebelumnya. Pertama tentang melubangi perahu. Dikatakan bahwa perahu itu milik seorang yang miskin. Dan di daerah itu tinggal seorang raja yang suka merampas perahu milik rakyatnya.
Kedua, tentang pembunuhan seorang anak. Dikatakan bahwa anak tersebut merupakan anak dari kedua orangtua yang beriman. Setelah menginjak dewasa anak itu dapat membuat kedua orangtuanya menjadi tak beriman. Maka, Nabi Khidir membunuhnya. Dan Allah akan memberikan kembali seorang anak yang shalih yang akan lebih mengasihi kedua orangtuanya.
Ketiga, tentang memperbaiki salah satu rumah di suatu wilayah yang orang-orangnya tidak bersahabat. Dikatakan bahwa rumah itu milik anak yatim yang masih kecil. Di bawah rumah itu terdapat harta peninggalan dari ayahnya. Anak itu belum bisa merawat harta tersebut. Jikalau rumah itu roboh, maka orang lain akan tahu bahwa di rumah itu ada harta dan merampasnya. Itulah sebabnya Nabi Khidir memperbaiki rumah tersebut, agar kelak ketika anak itu sudah dewasa dapat mempergunakan harta tersebut.
Nabi Khidir bisa mengetahui itu semua tiada lain datangnya dari Allah SWT. Itulah ilmu yang Allah berikan kepada Nabi Khidir. Ilmu yang tidak bisa dipelajari oleh sembarang orang. Bahkan Nabi Musa pun belum mampu untuk menguasai ilmu tersebut. Hanya orang-orang pilihan Allah sajalah yang mampu memiliki ilmu istimewa tersebut. []