Oleh: M Hamka Syaifudin
hamkasyaifuddin29@gmail.com
Mahasiswa STIT Hidayatullah Batam
DALAM kehidupan ini kita butuh yang dinamakan bersosialisasi. Sebab sebagai manusia tentu tidak bisa hidup sendiri tanpa orang-orang di sekitarnya. Manusia butuh pergaulan, hubungan dengan sesama, saling membantu dalam gotong royong maupun dalam hal nasihat-menasihati.
Untuk itu yang menjadi hal utama dijaga bersama adalah tata cara berkomunikasi, baik secara lisan maupun dalam bentuk perbuatan. Apabila orang-orang sudah tersakiti dengan perilakunya kita, tentu kita akan sulit membangun komunikasi dan kepercayaan itu akan pudar.
Dalam kehidupan bermasyarakat tidak boleh saling menghujat, melecehkan, membunuh dan merampas hak hidup. Sangat besar dosanya ketika kita tidak mampu bersosial dengan baik.
Dan faktor utama dari kehidupan ini adalah lisan. Lisan memang bisa menyalakan obor peperangan.
Dengan lisan yang tidak terpelihara dengan baik, maka akan muncul berbagai persoalan yang rumit. Lisan itu dapat memutar balikan fakta, membongkar aib saudaranya di khalayak ramai, mengucapkan sumpah serapah demi menutupi kebohongan sendiri. Dan dengan lisan akan membuat peperangan antar, suku, ras, agama maupun antargolongan tertentu.
Ditinjau dari aspek sosial saja lisan punya peranan – peranan yang paling penting, apalagi dalam urusan agama.
Banyak sekali ayat, apalagi hadits yang menjelaskan tentang bahaya lisan jika tidak dijaga dengan baik. Lisan bisa membuat orang menjadi kafir, dan lisan juga bisa menjadi tolak ukur keimanan seseorang. Ancaman Allah bagi orang yang tidak bisa menjaga dengan baik lisannya adalah azab yang sangat pedih.
Diantaranya Hadits tentang menjaga lisan, “Takwa adalah meninggalkan maksiat meskipun tidak ada yang melihat. Suatu ketika Rasulullah SAW ditanya oleh sahabat, ‘Apa yang paling banyak menyebabkan manusia masuk ke surga?’. Lalu, Rasulullah SAW menjawab, ‘Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik.’ Baginda ditanya kembali, ‘Lalu, apa yang paling banyak menyebabkan manusia masuk ke neraka?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Dua rongga, yaitu rongga mulut dan kemaluan’.” (HR Ibn Majah dan At-Tirmidzi)
Dan sebuah ungkapkan yang patut kita renungkan bersama dari Ali Bin Abi Talib R.a. “Barangsiapa yang telah kehilangan keutamaan kejujuran dalam pembicaraannya, maka telah kehilangan akhlaknya yang termulia.”
Oleh karena itu, ketika hidup dalam bermasyarakat peliharalah lisan.
Lisan itu punya nilai dan tolak ukur tersendiri dan menjadi penentu utama baik atau buruknya hubungan tersebut.
Mari kita bangun ukhuwah kita kembali, mari kita pelihara lisan dengan sekuat mungkin, kecuali dalam menyuarakan kebenaran. Selain itu tidak baik, jika semakin banyak berbicara, semakin banyak pula kemudharatannya.
Orang berkata “mulut mu harimau mu” maka peliharah lisan dengan baik, kunci sukses berkomunikasi adalah pandai menjaga lisan.
Kunci agar tidak keras hati adalah menjaga lisan.
Kunci dari segala kunci persoalan hidup adalah membangun komunikasi yang baik.
Dan Kunci dari segala kunci keimanan terletak dalam kemampuan menjaga lisannya.
Wallahua’lam. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.