KUWAIT– Negara Kuwait dan Iran yang masih diam atas krisis kemanusiaan yang menimpa Muslim Rohingya, Rabu (6/9/2017) telah memecahkan kesunyiannya.
Dilansir Anadolu Agency, dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di ibukota Kuwait, anggota parlemen meminta negara-negara Arab dan Muslim untuk mengambil sikap menentang terhadap pemerintah Myanmar.
Para deputi menekankan bahwa parlemen Arab dan parlemen internasional menginginkan perbatasan Bangladesh dibuka bagi Muslim Rohingya. Mereka mengutuk pelanggaran yang terjadi di Myanmar dan menuntut pemerintah untuk menghentikan pembantaian ini.
Selama konferensi, anggota parlemen, Abdullah Fahad al-Enezi meminta pemerintah Kuwait untuk memutuskan hubungan dengan Myanmar dan mengizinkan menggunakan transportasi udara untuk membawa bantuan kepada Muslim Rohingya.
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh Kantor Berita Iran, juru bicara parlemen Iran Ali Larijani juga mengutuk pembantaian yang dilakukan terhadap Muslim Myanmar.
Ia menggambarkan kondisi tragis terhadap Muslim Rohingya sebagai tragedi kemanusiaan yang hebat di zaman ini.
“Peristiwa pembunuhan, penindasan dan pemindahan paksa puluhan ribu Muslim Rohingya sangat menyakiti hati setiap manusia,” ucap Ali Larijani.
“Yang lebih buruk lagi adalah diam dan ketidakpeduliannya pegiat HAM, beberapa negara, serta organisasi internasional atas peristiwa tragis ini, “ tambah Larijani.
Namun meskipun demikian, negara-negara Islam atau mayoritas penduduknya Islam, seperti Indonesia, Malaysia, Arab Saudi dan lainnya tetap menunjukkan kepeduliannya terhadap rakyat yang tertindas. [Eka Aprila]