BANGLADESH – Setiap membuka memori Muslim Rohingya, saat itu pula luka lama kembali basah. Belum cukup 25 Agustus lalu mereka mendapatkan perlakuan keji dari negara mereka sendiri, saat ini mereka harus berjuang kembali untuk betahan hidup di negara orang lain.
Jamir Hossain, seorang Muslim Rohingya, berjalan selama delapan hari untuk mencapai kamp pengungsian di Bangladesh. Ia adalah satu di antara 164.000 Muslim Rohingya yang juga menyeberang ke Bangladesh sejak pembantaian itu terjadi.
Ribuan Muslim Rohingya berjuang untuk bertahan hidup melintasi perbatasan dengan diiringi tetasan air mata, dan kepedihan hati.
Mereka harus berjalan kaki sejauh 1.719,8 km tanpa bekal apapun, bahkan disepanjang jalan pun mereka tidak menemukan makanan.
“Kami tidak menemukan makanan apapun di jalan. Kami kelaparan sampai pada akhirnya, kami memakan pohon pisang yang tidah berbuah di tengah hutan,“ ungkap Jamir Hossain kepada Anadolu Agency (7/9/2017).
Hati siapa yang tidak tersayat menyaksikan kebengisan umat Budha membantai umat Islam di Myanmar? Mereka diusir dari rumahnya, dibakar, dan disiksa dengan beragam cara yang kejam, hanya karena mereka seorang Muslim.
Pantas lah umat Islam di seluruh dunia geram dengan penyiksaan itu. Di moment yang indah bagi umat Islam, di bulan Dzulhijjah yang mulia, jeritan pedih kaum Muslimin Rohingya bagaikan petir yang menyambar hati kaum Muslimin.
Hari demi hari mereka lalui dengan penuh penderitaan dan ketakutan.
Hingga akhirnya mereka harus berjuang, menyeberangi sungai Naf dengan kapal kecil, dan ada pula yang berjalan membelah hutan untuk dapat menyelamatkan diri ke kamp pengungsian Bangladesh.
Perjuangan Indah yang siapapun melihatnya akan meteskan air mata. Perjuangan yang indah, jika dilalui dengan keimanan. Begitu cintanya Muslim Rohingya dengan Allah, mereka tetap mempertahankan keimanan meskipun nyawa sebagai taruhan.
Setelah 8-10 hari, akhirnya Muslim Rohingya sampai di kamp pengungsian Kutupalong, Bangladesh. Alhamdulillah, mereka selamat dari penganiayaan rezim Myanmar, namun ini baru tahap awal. Mereka masih harus bertahan sampai Allah menyelamatkan mereka, atau Rasulullah menyambut mereka di Surga. (Eka Aprila)