Menikah merupakan salah satu ibadah sunnah yang harus segera dilaksanakan. Hal itu tertuang dalam hadits Nabi Saw berikut.
“Wahai Ali, ada tiga perkara yang tidak boleh engkau tunda, yakni shalat jika telah tiba waktunya, jenazah apabila telah hadir, dan wanita apabila telah ada calon suami yang sekufu.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad; hasan).
Kendati demikian, masih ada saja orang tua yang tidak sadar dengan hal itu, bahkan menyulitkan anaknya bertemu dengan jodohnya.
Berikut adalah tiga sikap orang tua yang menghambat anaknya untuk segera menikah
Melarang menikah muda
Orangtua tentunya perlu menyadari bahwa bukan menikah di usia mudanya yang salah, akan tetapi persiapan bekal anak muda yang sering kali kurang untuk menghadapi pernikahan, sehingga banyak pemuda yang nikah mudah namun berakhir perceraian, karena hanya berbekal cinta buta.
Nah, melarang anak nikah di usia 20 an bukan solusinya. Kita bisa memberi solusi yang lebih baik misalnya dengan cara memberikan buku-buku, video ceramah, berdiskusi dengan anak, memberi masukan tentang kriteria jodoh yang paling penting, jadi bisa menambah wawasan mereka tentang pernikahan dan persiapan cukup untuk menghadapinya.
1 Memberi kriteria terlalu banyak dan sulit
Calon pasangan hidup anak kita harus lulusan universitas negeri, S2 atau S3, pekerjaannya mapan, gaji di atas 10 juta, sudah punya rumah dan mobil, dari suku tertentu saja, lha pertanyaannya… apakah kriteria anak kita layak untuk mendapat pasangan sedemikian?
Jika anak kita adalah gadis yang sudah berumur, berwajah pas-pasan, maka memberinya kriteria seperti itu hanyalah mempersulit dirinya. Berikan kriteria yang lebih masuk akal, misalnya shalat 5 waktu, akhlak baik, tidak merokok, sudah punya pekerjaan, berani bertanggungjawab. Itu kan lebih memudahkan anak dalam memenuhinya.
2 Menyuruh anak tinggal seatap setelah menikah
Kalau memang ada alasan kuat untuk menyuruh anak tinggal seatap setelah menikah, masih oke saja. Akan tetapi kalau tidak ada alasan jelas, sebaiknya biarkan anak hidup terpisah setelah menikah, agar mereka lebih mandiri dan bisa leluasa mengatur rumah tangganya sendiri.
Banyak perempuan yang tidak ingin menikah dengan laki-laki jika setelah menikah harus tinggal seatap dengan mertuanya. Horor tentang ibu mertua yang galak dan super cerewet rasanya sudah populer didengar oleh mereka.
Walau kita tidak bermaksud buruk, membiarkan anak tinggal terpisah akan lebih baik. Misalnya minta mereka mengontrak tidak jauh dari rumah, itu masih oke.
Demikian beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh kita selaku orangtua agar tidak mempersulit anak dalam menemukan jodohnya. []