PADA suatu ketika umat muslim berperang dengan pasukan Romawi yang menyerang mereka, dan Abdullah bin Khudzafah RA adalah salah seorang yang ikut dalam pasukan perang melawan Romawi itu. Saat itu panglima Romawi dibuat kagum oleh keteguhan kaum Muslimin dan keberanian mereka menghadapi maut. Dan, Raja Romawi pun akhirnya memerintahakan para tawanan muslimin dihadapkan padanya.
Lalu didatangkanlah Abdullah bin Khudzafah RA dengan diseret, dalam keadaan tangan dan kakinya diarantai dan diikat. Raja kemudian mengajak bicara Abdullah dan kagumlah Raja Romawi dengan kecerdasannya. Raja berkata, “Masuklah ke agama Nasrani, kau akan dibebaskan.” Abdullah menolaknya. Raja menawarinya lagi. “Masuklah ke agama Nasrani, kau akan kuberi separuh kekuasaanku.” Akan tetapi Abdullah tetap menolaknya. Raja mendesak Abdullah kembali, “Masuklah ke agama Nasrani, kau akan kuberi separuh dari kekuasaanku dan kuikut sertakan kau dalam pemerintahanku.”
Lantas Abdullah berkata, “Demi Allah, andai saja kau berikan seluruh kekuasaanmu dan kekuasaan nenek moyangmu kepadaku, bahkan seluruh kekuasaan Arab dan Ajam (non Arab), aku tetap tidak sudi untuk keluar dari Islam.” “Kalau begitu kamu akan kubunuh.” “Bunuh saja,” jawab Abdullah.
Akhirnya karena jengkel Raja memerintahkan pasukannya untuk menyalib Abdullah bin Khudzafah dan menyuruh pasukan pemanah untuk memanahi beliau. Akan tetapi Raja berpesan agar jangan sampai anak panah tersebut mengenai tubuh Abdullah karena hanya untuk menakut-nakutinya saja. Ketika anak panah berseliweran menuju dirinya, saat itu Raja terus mendesak Abdullah agar keluar dari agama Islam. Namun Abdullah tak goyah, ia tetap teguh dengan pendiriannya dan lebih memilih mati di jalan Allah.
Sebenarnya raja kagum melihat keteguhan Abdullah, tapi ia memerintahkan agar Abdullah dikembalikan ke penjara. Kali ini Abdullah tidak diberi makan dan minum bahkan sampai hampir mati. Lalu raja memberinya arak dan daging babi. Melihat kedua hidangan tersebut Abdullah berkata, “Demi Allah, aku tahu arak dan daging babi ini sebenarnya halal bagiku. Namun aku tidak ingin orang-orang kafir itu bersorak gembira karenanya.” Dan hidangan itu tidak disentuhnya sama sekali. Salah seorang pengawal lalu melaporkan hal ini kepada Raja.
Raja akhirnya memerintahkan agar dihadirkan seorang wanita penghibur di hadapan Abdullah. Wanita itu dimasukkan ke dalam sel Abdullah, dan mulailah ia meliukkan tubuhnya untuk menggoda Abdullah, namun Abdullah tidak sedikit pun menoleh padanya.
Melihat sikap Abdullah yang dingin, wanita tersebut keluar dari sel sambil menggerutu. Lantas ia berkata kepada Raja dan pasukannya, “Kalian telah menyuruhku menggoda seorang lelaki, yang aku tak tahu apakah ia seorang manusia atau seonggok batu. Demi Tuhan dia tidak tahu apakah aku seorang perempuan atau laki-laki.”
Raja akhirnya putus asa dan kemudian memerintahkan pasukannya untuk membuat tungku api dan memanaskan minyak hingga mendidih. Abdullah pun diberdirikan menghadap minyak mendidih itu. Di saat yang sama dihadirkanlah seorang muslim yang juga tawanan perang dalam keadaan badan terikat, akhirnya dimasukanlah tubuh tawanan perang itu dalam minyak panas hingga jasadnya hilang tak berbekas. Tinggallah tulangnya yang menyembul ke atas minyak. Abdullah tak menyangka Raja sekejam itu, dia menyaksikan kondisi yang sangat menyedihkan.
Di saat-saat yang seperti itulah Raja kembali menyuruh Abdullah agar murtad, namun dia tetap menolak. Raja pun marah dan menyuruh pasukannya menceburkan Abdullah ke minyak panas dihadapannya. Ketika ia digiring, air matanya meleleh, ia menangis. Raja pun bergembira melihatnya karena ia mengira Abdullah telah ketakutan.
Raja mengatakan, “Masuklah ke agama Nasrani, kau akan kubebaskan.” “Tidak,” jawabnya. “Lantas mengapa kau menangis?” “Aku menangis karena hanya memiliki satu nyawa, sehingga aku langsung mati ketika kau masukkan aku dalam minyak itu. Demi Allah aku ingin memiliki seratus nyawa yang semuanya kugunakan untuk mati di jalan Allah, seperti kematian yang akan kuhadapi ini.”
Sang Raja tertegun sambil memandang Abdullah “Ciumlah kepalaku, kau akan kubebaskan.” ujarnya. “Dan kau bebaskan pula seluruh kaum muslimin yang kau tawan?” tanya Abdullah.
”Ya,” jawab Raja.
Abdullah lalu mencium kepala Raja. Setelah itu, Raja memutuskan untuk membebaskan seluruh kaum muslimin yang ia tawan.
Subahanallah begitu teguh Abdullah dalam Islam ketika dihadapkan dengan kematian sekalipun. []
Sumber: Misteri Malam Pertama di Alam Kubur/Jubair Tablig Syahid/Penerbit: Cable Book/2012