DUA hal yang pasti dalam hidup ini adalah perubahan dan kematian. Setiap makhluk bernyawa termasuk kita akan mati suatu hari nanti. Kematian adalah mutlak terjadi dan hanya Allah SWT yang mengetahuinya.
Berbeda dengan kehidupan. Hidup tidak akan pernah berakhir, sekalipun kita telah mati. Hidup itu abadi, baik dalam kebahagiaan atau dalam kesengsaraan. Keduanya tergantung pada niat dan amal shaleh kita selama hidup di dunia.
Adapun adzab yang menimpa suatu kaum sehingga banyak merenggut banyak nyawa, sekalipun mereka orang-orang shaleh, bukan berarti bahwa Allah SWT benci terhadap semua orang yang terkena dampaknya.
Mereka tetap akan diadili sesuai dengan niat dan amalan mereka pada hari kiamat kelak, seperti yang telah disabdakan oleh Nabi SAW.
Dari Aisyah ra bahwa Rasulullah berkata: “Pernah ada sebuah tentara yang akan menyerang Ka’bah dan ketika penjajah mencapai wilayah Al-Baida, tiba-tiba tanah menenggelamkan seluruh tentara. Saya berkata,’Wahai Rasulullah! Bagaimana mereka (bala tentara) tenggelam ke dalam tanah sedangkan di wilayah itu ada banyak pedagang di pasar yang tak bersalah dan bukan bagian dari tentara penyerang Ka’bah? ‘ Nabi menjawab, ‘semua orang akan tenggelam tapi mereka akan dibangkitkan kembali dan dinilai sesuai dengan amalan mereka.’” (HR. Al-Bukhari No 329).
Banyak orang menganggap jika seseorang meninggal di usia muda, dia tidak telah banyak melakukan dosa selama hidupnya. Padahal bisa saja jiwa muda ini sebenarnya berada dalam kebahagiaan di sisi Allah, karena Allah Allah sayang kepadanya.
Kita ambil salah satu contoh bencana terbesar abad ini yakni bencana Tsunami di Aceh tahun 2006 lalu. Tercatat lebih dari 200 ribu orang tewas dalam bencana ini. Namun kita jangan lupa bahwa lebih dari satu juta orang telah meninggal dalam perang Irak akibat invasi AS. Belum lagi konflik Suriah saat ini telah merenggut nyawa lebih dari 470 ribu orang. Jumlah ini jelas lebih banyak dari korban bencana Tsunami, bukan?
Bahkan jika kita menghitung kerugian yang dialami dunia sejak dari perang dunia pertama dan kedua, jumlahnya bisa lebih tinggi lagi.
Allah SWT berfirman:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, agar Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Ruum: 41).
Tafsiran ayat di atas menjelaskan bahwa kehancuran di dunia ini akibat perang yang terjadi antara dua negara adidaya saat itu, Bizantium (Romawi Timur) dan Sassaniyah (Persia).
Bisa disimpulkan bahwa kehancuran dan kematian massal yang terjadi di dunia bukan karena tidak adanya Tuhan, melainkan akibat kejahatan yang dibuat manusia itu sendiri, entah melalui peperangan, polusi, atau kehancuran moral. Wallahualam. []