YANGON – Sejumlah desa kembali di bakar pada Sabtu kemarin di bagian barat laut Myanmar dimana banyak Muslim Rohingya telah berlindung dari kekerasan yang melanda wilayah tersebut.
Seorang sumber, yang memiliki jaringan informan di daerah tersebut, mengatakan 300 sampai 400 etnis Rohingya yang telah bersembunyi di Ah Htet Nan Yar sekarang berada di hutan. Terbuka kemungkinan mereka akan melakukan perjalanan yang berbahaya dan berhari-hari dengan berjalan kaki di tengah hujan monsun menuju Sungai Naf yang memisahkan Myanmar dan Bangladesh.
Pemantau hak asasi manusia dan etnis Rohingya yang melarikan diri mengatakan tentara dan warga etnis Rakhine telah melakukan sebuah kampanye pembakaran yang bertujuan mengusir penduduk Muslim. Sekitar 290.000 orang telah melarikan diri melintasi perbatasan Bangladesh dalam waktu kurang dari dua minggu, menyebabkan krisis kemanusiaan.
Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi mengatakan pada hari Kamis bahwa pemerintahnya telah melakukan yang terbaik untuk melindungi semua orang. Namun dia mendapat kritik karena gagal untuk berbicara tentang kekerasan dan minoritas Muslim, termasuk seruan untuk mencabut Hadiah Nobel Perdamaian yang diterimanya pada 1991 lalu.
Kebakaran yang dimulai pada hari Jumat ketika sampai delapan desa terbakar di daerah Rathedaung yang ditinggali oleh etnis campuran. Hal ini telah meningkatkan kekhawatiran bahwa minoritas Rohingya akan melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh.
Pembakaran yang dimulai pada hari Sabtu menelan sebanyak empat pemukiman di Rathedaung, yang kemungkinan menghancurkan semua desa Muslim di daerah itu, kata sumber tersebut.
“Perlahan, satu demi satu desa dibakar – saya percaya bahwa Rohingya sudah musnah sepenuhnya dari Rathedaung. Ada 11 desa Muslim (di Rathedaung) dan setelah dua hari terakhir semua tampak hancur,” kata Chris Lewa dari kelompok pemantau Rohingya, Proyek Arakan Minggu (10/9/2017) kemarin, seperti dilansir dari Reuters.[]