BANGLADESH– Pengungsi muslim Rohingya yang melarikan diri ke Banglades meningkat tajam dalam dua pekan terkahir, menyusul pembantaian terbaru di wilayah Myanmar. PBB menyebut jumlahnya mencapai 270.000 orang, yang mayoritas adalah kaum wanita.
Etnis muslim Rohingya yang merupakan penduduk asli wilayah Rakhine, menjadi korban pembantaian militer dan ekstremis Buddha Myanmar. Setelah dihilangkan status kewarganegaraannya, etnis muslim minoritas itu kini menjadi korban pembersihan etnis atau genosida.
Juru bicara Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi di Bangladesh, Vivian Tan mengungkapkan jumlah pengugsi Rohingya di Bangladesh telah mencapai 270.000 orang. Jumlah itu juh dari perkiraan yang diprediksi hanya sekitar 164.000 jiwa. Peningkatan jumlah itu diketahui setelah pihaknya menemukan kantong-kantong pengungsi baru di kawasan perbatasan kedua negara.
PBB juga memperkirakan sebanyak 1.000 orang lebih telah terbunuh di Myanmar. Dari jumlah itu, sebagian besar merupakan etnis muslim Rohingya.
“Jumlah ini tidak selalu menunjukkan pendatang baru dalam 24 jam terakhir, namun kami telah mengidentifikasi lebih banyak orang di berbagai area yang sebelumnya tidak kami sadari,” kata Tan, Kamis (07/09/2017) kemarin seperti dilansir Aljazeera
“Angka-angka itu sangat mengkhawatirkan, itu artinya kita harus meningkatkan respon dan situasi di Myanmar harus segera ditangani,” imbuhnya.
“Dua kamp pengungsian di Cox’s Bazar di Tenggara Bangladesh sekarang penghuninya meledak. Populasinya meningkat dua kali lipat dalam dua pekan, dengan jumlah lebih dari 70.000 orang. Ada kebutuhan mendesak untuk lebih banyak lahan dan tempat penampungan,” kata pihak UNHCR dalam keterangannya.
“Sebagian besar adalah wanita, termasuk ibu dengan bayi yang baru lahir, keluarga dengan anak-anak. Mereka tiba dalam kondisi buruk, kelelahan, lapar dan sangat membutuhkan tempat tinggal,” imbuh UNHCR.[]