BANGLADESH– Saat ini, sebanyak 300.000 lebih muslim Rohingya memenuhi pengungsian di sekitar negara bangladesh, pengungsi lainnya berlindung di sekolah-sekolah atau berkerumun di permukiman darurat tanpa toilet di sepanjang pinggir jalan dan lapangan terbuka.
Selain itu, kebutuhan pokok, termasuk makanan, air bersih dan bantuan medis juga langka.
Diperkirakan, masih banyak lagi pengungsi yang akan datang memenuhi kamp yang ada di perbatasan Bangladesh tersebut. Oleh karenanya, Tan mengharapkan bantuan untuk para pengungsi mengalir terus.
Banyak pengungsi yang kelaparan dan trauma setelah berjalan berhari-hari melewati hutan atau mengungsi dengan kapal kayu yang reyot untuk mencari keamanan di Bangladesh.
Banyak juga para pengungsi yang menceritakan kisahnya ketika dalam pelarian. Tentara Myanmar menembaki tanpa pandang bulu di desa mereka, membakar rumah mereka dan mendesak mereka untuk pergi atau meninggalkan rumah mereka. Pengungsi juga mengungkapkan bahwa penyerang juga dari penganut Buddha Rakhine.
Rumah sakit pemerintah di Cox’s Bazar saat ini telah dihuni mayoritas pasien dari Rohingya. Delapan puluh pasien yang tiba dalam dua minggu terakhir menderita luka tembak serta infeksi yang buruk. Sedikitnya tiga orang terluka dalam ledakan ranjau darat, dan puluhan lainnya tenggelam saat pelariannya.
Sebelum genosida etnis ini terulang kembali baru-baru ini, Bangladesh telah menampung lebih dari 100.000 orang Rohingya yang tiba setelah kerusuhan anti-Muslim pada tahun 2012.
Rohingya telah menghadapi puluhan tahun diskriminasi dan penganiayaan di Myanmar dan ditolak kewarganegaraannya meskipun berabad-abad berakar di wilayah Rakhine.[]