MYANMAR—Lebih dari 200 ribu anak Rohingya yang telah melarikan diri ke Bangladesh dikabarkan tengah dalam kondisi darurat. Menurut UNICEF, mereka sangat memerlukan dukungan mendesak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
“Ini adalah krisis kemanusiaan yang terus berlanjut dan anak-anak berada di jantung krisis ini,” ungkap Jean Lieby, kepala Perlindungan Anak UNICEF dalam sebuah konferensi pers di Cox’s Bazar Bangladesh di dekat perbatasan Myanmar, Worldbulletin melaporkan pada Kamis (14/9/2017).
Menurut data awal, Lieby mengatakan, 60 persen pengungsi adalah anak-anak.
“Hal pertama yang Anda lihat di kamp Rohingya yang berbeda ini adalah banyaknya anak-anak. Anda melihat anak-anak yang belum tidur berhari-hari, mereka lemah dan lapar, “katanya.
Dia mengatakan bahwa UNICEF percaya bahwa 200 ribu anak Rohingya memerlukan dukungan segera.
Pejabat UNICEF juga mengungkapkan keprihatinan mendalam anak-anak yang terpisah. “Kami telah mengidentifikasi 1.128 anak yang terpisah. Namun, kami berharap jumlah ini meningkat dalam beberapa hari mendatang.
“Seiring berkembangnya kamp setiap hari kita perlu menyediakan air minum yang aman dan sanitasi dasar. Kami ingin mencegah timbulnya penyakit ,“ tambahnya.
Menurut PBB, Sejak 25 Agustus, lebih dari 370 ribu Muslim Rohingya telah menyeberang dari negara bagian Myanmar, Rakhine ke Bangladesh.
Para pengungsi tersebut melarikan diri dari operasi keamanan baru di mana pasukan keamanan dan gerombolan Buddha membunuh pria, wanita dan anak-anak, menjarah rumah dan membakar desa Rohingya. Sekitar 3.000 Muslim Rohingya tewas dalam tindakan keras tersebut.
Turki telah berada di garis depan untuk memberikan bantuan kepada pengungsi Rohingya dan Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa dia akan mengangkat isu tersebut di PBB.
Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai orang-orang yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat atas serangan tersebut sejak puluhan Muslim terbunuh dalam pembantaian pada tahun 2012. []