SETIAP Muslim yang berakal pasti mendambakan pernikahan yang bisa menentramkan hatinya. Salah satu upaya untuk mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan hidup setelah menikah adalah istri yang shalihah.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah,” (HR. Imam Thabrani).
KH. Hasyim Asy’ari dalam karyanya ‘Dhau’ul Mishbah fi Bayani Ahkamin Nikah’ menyebutkan enam perilaku buruk yang menjadikan seorang perempuan tak layak untuk dinikahi.
“Sebagian orang Arab mengatakan, jangan kau nikahi enam macam perempuan, yakni annânah, mannânah, hannânah. Jangan pula kaunikahi perempuan yang haddâqah, barrâqah, dan syaddâqah.”
Perempuan yang annânah adalah perempuan yang banyak mengeluh, mengadu, dan sering membalut kepalanya. Tak ada baiknya menikahi perempuan yang sakit-sakitan dan berpura-pura sakit.
Perempuan yang mannânah adalah perempuan yang punya kebiasaan suka mengungkit-ungkit suaminya. Ia berkata, “Aku sudah melakukan ini dan itu untukmu!”
Perempuan yang hannânah adalah perempuan yang merindukan suami yang lain atau merindukan seorang anak dari suami yang lain. Umpamanya ia membayangkan kalau saja suaminya seperti artis fulan atau kalau saja ia memiliki anak dari seorang laki-laki tampan yang ia idolakan. Perempuan dengan perilaku seperti ini mesti dijauhi.
Perempuan yang haddâqah adalah perempuan yang suka melihat-lihat segala sesuatu lalu menginginkannya dan menuntut sang suami untuk membelinya.
Perempuan yang barrâqah mengandung dua makna, pertama perempuan yang sepanjang hari selalu bersolek dan merias wajahnya agar terlihat berkilau dengan dibuat-buat. Makna kedua adalah perempuan yang suka marah karena makanan. Ia lebih suka makan sendirian dan menganggap bagiannya dalam segala hal cuma sedikit sehingga perlu untuk meminta tambahan.
Sedangkan perempuan syaddâqah adalah perempuan yang banyak bicara alias cerewet.
Perempuan dengan keenam sifat dan perilaku tersebut tidak layak untuk dipilih sebagai pasangan hidup karena tak mendukung untuk meraih kehidupan bahagia.
Nah, lalu bagaimana jika seseorang terlanjur memiliki pasangan hidup yang memiliki salah satu sifat di atas? Dalam kondisi demikian bersabar adalah sikap terbaik yang harus dilakukan. Karena bisa jadi pada sesuatu yang tidak disenangi Allah memberikan banyak kebaikan. Wallahualam. []
Sumber: http://www.nu.or.id/post/read/81150/mbah-hasyim-tidak-rekomendasikan-enam-tipe-perempuan-ini-sebagai-istri