SERINGKALI seseorang menutupi kesalahannya dengan berbohong. Alasannya pun bermacam-macam. Karena takut dimarahi, dipecat dari pekerjaannya atau takut harga dirinya terinjak-injak karena ia telah berbuat salah.
Namun perlu kita ketahui bahwa sikap bohong ini adalah salah satu sifat yang Allah benci. Karena bohong ini adalah sikap seorang munafik. Ketika Allah sudah membenci maka dipastikan bahwa seluruh makhlukpun membecinya.
Bohong adalah sikap yang lahir karena dorongan hawa nafsu. Tentunya sikap ini akan membawa dampak buruk terhadap pelakunya. Salah satu dampak buruknya adalah ia tidak akan pernah dipercaya oleh orang lain.
Sikap bohong termasuk ke dalam penyakit yang dapat merusak jiwa pelakunya. Maka sikap sombong ini harus diobati dengan meyakini siksaan Allah Swt bagi seorang pembohong, dan yakin bahwa dengan senantiasa melakukan kebohongan pasti akhirnya sikap bohongnya akan diketahui sehingga aib dirinya akan terbuka, ia akan menanggung rasa malu dan hinaan dari manusia, dan ia tidak akan dipercaya lagi oleh manusia walaupun ia benar.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah. Ia berkata bahwa Nabi saw bersabda, “Seorang senantiasa berbohong dan memilih bohong sehingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pembohong.” (HR. Bukhari).
Ibnu Mas’ud pernah berkata, “Semua sifat dijadikan watak dasar bagi setiap muslim kecuali khianat dan bohong.”
Jelas bahwa sikap bohong ini bukanlah sifat seorang muslim. Sebagai seorang muslim yang taat tentunya kita harus membuang jauh-jauh sikap bohong tersebut dan menggantinya dengan kejujuran. Seseorang akan lebih dipercayai jika ia mampu bersikap jujur di manapun dan kapanpun. []
Sumber : Mengobati Jiwa yang lelah/Ibnu Al-Jauzy/Mirqat