Oleh: Rini Nurmala Sari
LELAKI, semakin tinggi ilmu dan imannya maka semakin takutlah untuk beristri lebih dari satu. Sebab, ilmu dan iman itu telah menunjukkan padanya bahwa betapa berat tanggung jawab seorang suami atau pemimpin rumah tangga.
Ia tak akan sanggup membayangkan, bagaimana kelak dirinya dipermalukan di akhirat bila di dunia ia tak mampu berlaku adil terhadap istri-istrinya. Semakin takwa, maka semakin takutlah ia akan azab Allah. Satu saja kesalahan yang diperbuat istrinya, kelak ia akan ditanya. Bila istrinya terzolimi, maka kelak ia akan mempertanggung-jawabkan kezolimannya.
Bilamana seorang lelaki menganggap memiliki lebih dari satu istri itu indah, laksana surga yang bertaburan bidadari bermata jelita. Maka, bisa jadi ia memandang berdasar nafsu semata. Bukan dengan iman, bukan dengan ilmu apalagi takwa.
Bilamana semua tahu betapa beratnya menjadi seorang pemimpin, yang dipundaknya ditanggungkan segala tanggung jawab atas apa yang dipimpinnya, bukan sekadar tanggung jawab di dunia, namun sampai ke akhirat. Tentu tidak ada yang sanggup menjadi pemimpin.
Namun, takdir Allah menggariskan bahwa suami adalah pemimpin bagi istrinya, maka hanya rahmat Allah yang membuat para lelaki mampu menikah. Dan bertanggung jawab atas istrinya.
Hanya ketakwaan yang menuntun pada ridho-Nya, sedang nafsu dan syahwat sesat hanyalah jerat-jerat syaitan menuju neraka. []