KUPANG—13 ribu milisi –mantan pejuang pro-Indonesia yang menetap di Nusa Tenggara Timur (NTT)- mengancam akan menutup pintu perbatasan Indonesia- Timor Leste, jika tetap tidak mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia.
“Kami akan menggelar unjuk rasa dan menutup pintu perbatasan negara agar tidak dilintasi hingga tuntutan kami ditanggapi pemerintah,” kata Mantan Milisi Angelino da Costa, Rabu, (20/9/2017).
Menurut da Costa, masyarakat warga baru atau eks Timtim ada 2 yakni, masyarakat umum dan mantan penjuang. Masyarakat umum, telah mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia dengan memberikan sejumlah bantuan, seperti MBR dan lainnya.
“Walaupun masih menyisahkan masalah yang belum terselesaikan,” katanya.
Namun, masyarakat miliisi sudah 18 tahun berada di Indonesia tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia. Karena itu, 13 ribu milisi atau satu kabupaten berjumalh 1000 orang akan menggelar aksi unjuk rasa, dan menutup pintu perbatasan.
“Kami juga akan duduki Kantor Gubernur NTT hingga pemerintah pusat memberikan penjelasan nasib para milisi,” ujar da Costa.
Aksi unjuk rasa dan penutupan pintu perbatasan itu akan dilakukan pada 25 September 2017 dengan melibatkan 13 ribu milisi bersama keluarga.
“Diperkirakan aksi itu akan diikuti 35 ribu milisi beserta keluarga,” katanya.
Da Costa mempertanyakan kenapa tidak ada perhatian dari pemerintah terhadap milisi. Jika tuntutan ini tidak dipenuhi, maka pintu perbatasan akan ditutup. Dia mencontohkan tentang kelompok separatis di Aceh mendapat perhatian pemerintah. Sedangkan milisi yang bela negara diabaikan.
“Separatis di Aceh diperhatikan dari ujung kaki sampai kepala,” tegasnya.
Dia mengaku pihaknya telah menyurati Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Pertahanan serta Polisi Daerah NTT terkait aksi unjuk rasa dan rencana penutupan pintu perbatasan Indonesia – Timor Leste.
“Surat sudah dimasukkan dari tingkat pusat hingga daerah,” tegasnya. []
Sumber: Tempo.