Oleh: Astriani Nur Fatikasari
Mahasisiwi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, nurfatikasariastriani@gmail.com
Pemerkosaan, pembantaian, hingga pengusiran dan semua krisis kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingnya menjadi headline news di hampir semua media.
Hal ini menuai banyak sorotan dari berbagai pihak, khususnya kaum muslim. Betapa tidak, kekejaman yang dilakukan oleh militan Myanmar sudah tak lagi pandang bulu. Warga sipil bahkan balita dijadikan sasaran, hal ini menggambarkan bahwa rasa kemanusiaan pada diri mereka telah hilang.
Akar perkara pembantaian ini pun mulai diperbincangkan, mulai dari konflik agama sampai dengan penyangkalannya.
Sebagai sesama muslim, tentu akan terluka ketika melihat saudara muslim lainnya disakiti. Terlebih sampai harus meregang nyawa. Sehingga, upaya-upaya terus dilakukan oleh kaum muslim untuk menyelamatkan muslim Rohingnya, mulai dari penggalangan dana sampai aksi-aksi berisi tuntutan dan kecaman terhadap Myanmar.
Secara sadar ataupun tidak, ukhuwah Islam antara kaum muslim pun terlihat. Bagaimana mereka merelakan harta, lelah, bahkan nyawa pun mereka siap berikan.
Namun, di tengah panasnya emosi kaum muslim, beberapa kelompok tertentu berusaha meredam kemarahan tersebut dengan menyatakan bahwa konflik di Myanmar bukanlah konflik antar agama. Melainkan konflik etnis, sosial-ekonomi, dan lain sebagainya.
Seperti statement yang dikeluarkan oleh salah satu lembaga di Indonesia, dimana organisasi itu mengajak masyarakat Indonesia untuk tidak terjebak dalam melihat konflik Rohingya sebagai konflik antara agama Islam dan Budha.
Pernyataan di atas mengisyaratkan bahwa dunia politik, sosial, dan ekonomi adalah hal yang terpisah dari agama. Hal tersebut juga terindikasi dari permintaan beberapa pihak kepada kaum muslim, untuk tidak proaktif membela kaum muslim Rohingya atas kekejaman Myanmar. Karena hal tersebut dianggap bukanlah disebabkan oleh faktor konflik antar agama.
Padahal, Islam mengajarkan bahwa umat muslim adalah saudara. Satu muslim dengan muslim lainnya bagaikan satu tubuh, ketika bagian lain sakit maka yang lain pun akan ikut merasa sakit.
Faktor etnis, sosial ekonomi dan sebagainya tidak bisa dijadikan dalih untuk membantai muslim Rohingya, karena tidak ada alasan apapun yang menghalalkan darah seorang muslim, baik muslim berkulit putih ataupun hitam, kecuali kembali dibayar dengan darah.
مثل المؤمنين في توادهم، وتعاطفهم، وتراحمهم، مثل الجسد، إذا اشتکى منه عضو تداعى ساءر الجسد بالسهر و الحمى
“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam,” [HR. Muslim]
Berdasarkan hadis di atas, maka sesungguhnya bagi umat muslim, kekejaman yang dilakukan oleh militan Myanmar adalah sebuah konflik agama, dimana saudara semuslim kita, muslim Rohingya, mengalami penderitaan yang tiada henti.
Dengan demikian, sudah sepatutnya kita sebagai umat muslim untuk fetap dan terus memperjuangkan muslim Rohingya, karena mereka adalah saudara kita, bagian dari umat Nabi Muhammad SAW. []