Oleh : Raidah Athirah
Kontributor Islampos, Penulis-Ibu Rumah Tangga, Tinggal di Polandia
Tulisan ini hanya berupa pengalaman. Masya Allah bersilaturahim dengan beberapa pasangan poligami dari Polandia.
Kami diundang beberapa kali ke rumah mereka yang memang agak jauh dari perkotaan. Dan masya Allah sepanjang mata memandang hanya menyaksikan padang rumput, perkebunan jagung, peternakan dan rumah-rumah pedesaan yang elegan dan rapi berjejer seirama pepohonan yang masih hijau.
Alhamdulillah saya pribadi bukan penentang, juga bukan orang yang semangat mempromosikan hal ini. Saya hanya belajar menjadi pribadi yang seimbang.
Selama bersilaturahmi dan mengenal sister-brother yang menjalani praktik poligami, Alhamdulillah tidak seseram yang suka dilebih-lebihkan sebagian orang. Tapi juga tidak jadi dimudah-mudahkan sebagai bahan candaan.
Uniknya juga dari cerita sister-brother yang kami kunjungi ini, istri kedua beliau justru dikenalkan oleh istri pertama dan kemudian ridho dipoligami. Kalau bicara cantik ya sudah tentu cantik. Terlebih yang namanya cantik ini relatif.
Saya pertama kali berkunjung agak sedikit gugup,tidak menyangka yang menawarkan saya tempat duduk adalah istri pertama yang mirip artis Indonesia berwajah blasteran Hihihihi. Datang ukhti kedua menawarkan secangkir teh dan kopi, ternyata ini istri kedua yang nggak kalah cantik. Jadi ingat film Sultan Sulaiman. Saya merasa berada diantara sultana. Hihihihi kebanyakan nonton film Turki.
Kedua istri ini tinggal di rumah yang berbeda tapi masih bertetangga. Istri pertama dikarunia tiga anak sedangkan istri kedua hanya memiliki satu putri.
Anak-anak mereka ya bermain layaknya kakak-adik. Kami berlomba memberi makan kambing dan ayam.
Keduanya juga terlihat santai. Ini dałam pengamatan saya selama mengenal mereka, dan mereka ini semuanya mualaf asli dari tanah kelahiran negeri ini, gaya berhijab mereka rata-rata kalau di sini dikenal dengan istilah “French Hijab” atau sejenis jilbab yang langsung itu.
Yang saya hargai dari brother yang menjalani praktik poligami di sini adalah tidak menyindir atau berlagak bangga kala bertemu dengan brother lain sebagai pelaku monogami dengan kata -kata bahwa “Saya ini udah nyunah nih dengan punya dua istri.”
Atau punya sifat penghasut seperti beberapa oknum yang menamakan diri (maaf) bakwan eh maksudnya ikhwan yang memprovokasi teman ngajinya untuk menikah lagi padahal saya tahu betul istrinya baru saja keguguran.
Itu adab ditaruh dimana? Belum lagi poligami dipakai sebagai bahan candaan. Oalah akhi, otaknya itu dilatih lagi belajar adab baru bicara hal-hal yang tinggi terkait syariat (poligami).
Sifat-sifat mempermainkan syariat akan mengundang fitnah dan tentu saja menimbulkan celah kepada orang -orang yang memang telah menaruh hasad kepada kebenaran Islam.
Jadi memang betul, tidak ada yang salah dengan syariat Allah (hukum Allah) terkait poligami selama pelaku yang menjalankan tidak keluar dari rambu-rambu yang sudah digariskan melalui perintah Allah dan RasulNya.
Dunia boleh berubah tapi memang hukum Allah tidak berubah karena pada hakikatnya Maha Pencipta lebih mengetahui ciptaanNya .
Biar kata nilai-nilai di Barat telah berubah dalam memandang hal ini akan tetapi sejatinya manusia memang merindukan hidup sebagaimana fitrahnya.
Orang-orang yang ketakutan dalam memandang syariat, ini tak lain karena rasa traumatik menyaksikan sebagian Muslim yang telah jauh dari apa yang diajarkan Islam sesungguhnya. Walau bagaimanapun saya percaya cahaya kebenaran yang sesuai dengan fitrah itu tidak akan pernah padam. Dan Allah jua yang Maha Memberi Hidayah. []