• Home
  • Disclaimer
  • Iklan
  • Redaksi
  • Donasi
  • Copyright
Minggu, 14 Desember 2025
Islampos
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari
Tidak ada Hasil
View All Result
Tidak ada Hasil
View All Result
Islampos
Home Syi'ar Sirah

Kenapa Tak Kaugunakan Unta-Unta Itu?

Oleh Saad Saefullah
9 tahun lalu
in Sirah
Waktu Baca: 3 menit baca
A A
0
Umar bin Khattab, Rindu Rasulullah, Nabi, Abu Bakar

Foto: memorablepix

0
BAGIKAN

HARI itu Khalifah Umar bin Khattab sudah mempunyai jadwal untuk urusan negara ke suatu daerah. Begitu matahari mulai terlihat di ufuk timur, ia segera bergegas ke tempat salah seorang sahabat yang telah bersedia menyewakan unta untuk perjalanan tersebut. Dalam perjalanan itu sendiri Umar ditemani oleh seorang sahabat yang lain. Jadi, unta yang disewa itu jumlahnya ada dua.

Setelah sesampainya di kediaman sahabat yang akan menyewakan untanya itu, tidak berapa lama Umar bin Khattab pun segera menjemput sahabat lain yang akan menemani perjalanannya. Dan dimulailah perjalanan yang cukup panjang dan jauh itu.

Unta yang disewa itu ternyata kondisinya sangat baik. Tidak sebentar pun tampaknya unta-unta itu mengendurkan lajunya. Hingga tengah haripun terlewati. Umar bin Khattab dan sahabatnya terus saja bergegas untuk segera sampai ke daerah tujuan. Maklum matahari siang hari di Persia selalu menyengat panas seakan ingin membakar semua yang ada di bumi.

Karena udara yang sangat panas tersebut, Umar dan sahabatnya sengaja memilih jalanan setapak yang sekiranya diteduhi oleh pepohonan. Ini agar mereka sedikit merasakan keteduhan dan unta-unta itu tetap dalam kondisi yang segar.

ArtikelTerkait

7 Fakta Sosok Nabi Musa AS: Nabi Penyelamat Bani Israil

Bagaimana Cara Kerja Pembayaran QRIS dan Bagaimana Sejarahnya?

Abu Bakar: Cinta Sejati pada Rasulullah ﷺ yang Mengalahkan Segalanya

Fatimah Tidak Izinkan Abu Bakar Masuk ke Dalam Rumah, tanpa Izin Suami

Saking tercurahnya perhatian mereka dalam perjalanan itu, tanpa sadar selendang yang dikenakan oleh Umar di pundaknya tersangkut pada sebuah ranting pohon. Tetapi terus saja mereka melanjutkan perjalanan, karena baik Umar bin Khattab maupun sahabat yang menemaninya tidak menyadari akan hal itu.

Unta-unta terus berjalan dan berjalan. Melewati beberapa padang dan gurun yang panas. Angin sesekali berhembus dan menerpa mereka berdua. Jalan setapak itu sudah begitu jauhnya mereka lewati. Ketika itulah entah bagaimana tiba-tiba Umar bin Khattab merasakan sesuatu tiada dalam dirinya. Umar berusaha mengingat-ingat apa gerangan. Ketika ia sadar, ia segera mengetahui bahwa selendangnya sudah tidak melekat lagi di bahunya. Umar mengernyitkan dahinya berpikir keras, apa gerangan yang menyebabkan tiadanya selendang itu. Karena Umar ingat betul bahwa ketika ia memulai perjalanan, ia menyampirkan selendang.

“Ada apa gerangan, Amirul Mukminin?” sahabat yang menemani bertanya demi melihat Umar bin Khattab tampak seperti tengah berpikir.

Umar menatap sahabatnya sejenak sebelum menjawab, “Selendangku. Sekarang sudah tidak ada lagi bersamaku…”

Sahabat menyadarinya sekarang. “Ya, tetapi akupun sesungguhnya tidak tahu apa yang terjadi…”

Umar mengangguk-angguk kepalanya. “Dugaanku, kemungkinan selendang itu tersangkut di sebuah ranting pohon. Entah di mana…”

“Ya, sepertinya begitu….”

Umar bin Khattab turun dari pelana untanya. Ia berujar kepada sahabat, “Mohon, tinggal di sini sementara aku akan mencari selendang itu…”

Sebelum sahabat memberikan jawaban, Umar sudah menggegas langkahnya menyusuri jalanan setapak yang tadi telah mereka lalui. Sahabat itu terus menunggu dalam waktu yang sangat lama. Ketika Umar belum juga muncul, ia bermaksud untuk menyusulnya dengan unta-unta yang mereka kendarai.

Umar sendiri memang hanya berjalan kaki saja. Begitu jauh. Kembali melewati jalanan yang panas dan sengatan matahari yang membakar. Ketika ia benar-benar menemukan selendangnya itu di sebuah ranting pohon persis seperti yang ia perkirakan, alangkah leganya. Setelah mengambilnya dengan hati-hati agar ia tidak merobek selendang itu karena Umar tidak punya cukup banyak pakaian, segera Umar kembali ke tempat sahabat tadi disuruhnya menunggu. Dan jarak itu sudah begitu jauh. Hingga tak heran jika tubuhnya kemudian dipeluhi dengan keringat.

Sesampainya di sana, ia segera kembali menaikki untanya. Ia tersenyum kepada sahabat. “Ayo kita lanjutkan perjalanan kita. Maafkan telah membuatmu menunggu dahulu…”

Ketika Umar menolak tali kekang untanya, sahabat berujar. “Maafkan wahai Amirul Mukminin. Tadi kau tentu telah berjalan jauh sekali melihat kondisimu seperti itu dan aku harus menunggumu lama sekali…?”

Umar menyeka keringatnya dengan bajunya. “Ya, begitulah. Kutemukan selendang ini di sebuah ranting pohon…”

Sahabat terdiam. Ia memandangi Umar bin Khattab.

Diperhatikan sedemikian rupa, Umar bertanya, “Ada apa?”

“Kenapa engkau harus bersusah payah menyiksa diri menyusuri jalanan yang panjang dan jauh tadi untuk mengambil selendangmu, padahal engkau bisa menggunakan untamu…?”

Umar tersenyum. “Kita tahu, unta-unta ini bukan milik kita…”

“Ya. Tetapi kita sudah menyewanya untuk perjalanan ini…”

“Tepat! Kita hanya menyewanya untuk perjalanan yang sudah disepakati bahwa jarak yang ditempuh hanya dari Persia sampai ke tempat tujuan kita…”

“Maksudmu, Amirul Mukminin? Aku tidak mengerti…”

“Sahabatku,” Umar berkata lagi sambil tersenyum. “Engkau mengetahui pula kesepakatan yang kita buat dengan pemilik unta-unta ini hanya untuk jarak sekian saja. Tidak termasuk untuk kembali dalam mengambil selendangku yang tersangkut kain yang jaraknya cukup jauh barusan…”

Sahabat menggaruk-garuk kepalanya yang sepertinya tidak gatal. “Tetapi sahabat kita yang mempunyai unta-unta itu tidak akan tahu…”

Umar semakin melebarkan senyumnya. “Sahabatku, ia memang mungkin tidak akan pernah tahu. Tetapi aku yakin seyakin-yakinnya, bahwa jika aku bertindak begitu, Allah melihat aku telah mencederai janjiku kepada sahabat kita itu… Allah selalu melihat…”

Sahabat kali ini mengerti sepenuhnya. Ia geleng-geleng kepala karena tidak pernah bisa berhenti mengagumi Umar bin Khattab yang selalu merasa tak pernah lepas dari pengawasan Allah swt. []

Sumber: Peri Hidup Nabi & Para Sahabat/Pustaka SPU/2012

Tags: abu bakarali bin abi thalibnabisirahumar bin khattab
ShareSendShareTweetShareScan
ADVERTISEMENT
Previous Post

Jalan Mulia, Jalannya Orang-orang yang Bertakwa

Next Post

Menguburkan Ari-ari Bayi, Bagaimana Hukumnya?

Saad Saefullah

Saad Saefullah

Lelaki. Tidak terkenal. Menyukai kisah-kisah Nabi dan Para Sahabat.

Terkait Posts

pasukan nabi isa, pemuda, nabi ibrahim, nabi musa

7 Fakta Sosok Nabi Musa AS: Nabi Penyelamat Bani Israil

7 Juli 2025
QRIS

Bagaimana Cara Kerja Pembayaran QRIS dan Bagaimana Sejarahnya?

30 Juni 2025
Ibnu Abbas, Bani Israil, Abu Bakar

Abu Bakar: Cinta Sejati pada Rasulullah ﷺ yang Mengalahkan Segalanya

27 Juni 2025
Penjagaan Allah terhadap Nabi, Abu Bakar

Fatimah Tidak Izinkan Abu Bakar Masuk ke Dalam Rumah, tanpa Izin Suami

12 Juni 2025
Please login to join discussion

Tulisan Terbaru

Melakukan Perubahan, sifat jujur, orang yang meninggalkan shalat, istidraj, FITNAH, SYAHWAT, maksiat, bunuh diri, dosa, maksiat, taubat

5 Alasan Jangan Mengungkit Dosa Masa Lalu Seseorang yang Sudah Bertaubat

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0

agar tidak mengulangi dosa, mengganti shalat wajib, dosa jariyah, mandi, dosa, shalat

Jangan Tinggalkan Shalat Meski Badan Kotor saat Kerja, Tidak Semua Kotor Itu Najis

Oleh Yudi
14 Juli 2025
0

Senin

Jangan Lagi Bilang “Nggak Suka Senin!”

Oleh Dini Koswarini
14 Juli 2025
0

Cerai, Sebab Zina Dilarang dalam Islam, zina, Penyebab Lelaki Selingkuh, Talak

Talak: Halal yang Dibenci, Senjata Iblis untuk Memecah Belah

Oleh Saad Saefullah
13 Juli 2025
0

Laporan Donasi Islampos Juli 2025: Alhamdulillah, Sudah Terkumpul Rp2.390.999! 1

Laporan Donasi Islampos Juli 2025: Alhamdulillah, Sudah Terkumpul Rp2.390.999!

Oleh Saad Saefullah
13 Juli 2025
0

Terpopuler

MasyaAllah, Inilah 124 Nama Sahabiyat untuk Bayi Perempuan beserta Artinya

Oleh Haura Nurbani
24 Agustus 2023
0
Hukum Mengubur Ari-ari Bayi, Fakta Bayi Baru Lahir, ASI, ciri bayi cerdas, nama, Nama Anak Perempuan, Hukum Bayi Tabung dalam Islam, Doa ketika Melahirkan

Nama Sahabiyat adalah nama wanita-wanita agung yang dikaitkan dengan Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam bersamanya.

Lihat LebihDetails

12 Ayat Al-Quran tentang Istiqamah, Dapat Memotivasi Kita

Oleh Sufyan Jawas
31 Oktober 2021
0
Hadist Nabi Tentang Ikhlas

ayat Al-Quran Tentang Istiqamah

Lihat LebihDetails

Bait-bait syair Imam Syafi’i yang Menyentuh dan Menggetarkan Jiwa

Oleh Dini Koswarini
26 Oktober 2022
0
Penilaian Manusia, Muhasabah, Imam Syafi'i, ujian, akad

Inilah Bait-bait syair Imam Syafi’i rahimahullah yang bisa kita jadikan sebagai keteladanan di saat kondisi seperti sekarang ini.

Lihat LebihDetails

Berikut 7 Ayat Al-Quran tentang Masjid

Oleh Sufyan Jawas
1 November 2021
0
Ayat Al-quran tentang masjid

Saking pentingnya dalam kehidupan seorang Muslim, ada beberapa ayat Al-Quran tentang masjid. 

Lihat LebihDetails

21 Sifat Manusia Menurut Al Quran

Oleh Laras Setiani
17 Oktober 2019
0
ilustrasi.foto: kiblat

Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya...

Lihat LebihDetails
Facebook Twitter Youtube Pinterest Telegram

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.

Tidak ada Hasil
View All Result
  • Home
  • Beginner
  • Tahukah
  • Sirah
  • Renungan
  • Muslimbiz
    • Muslimtrip
  • Berita
  • Cari

© 2022 islampos - Membuka, Menginspirasi, Free to Share.