AIR adalah salah satu unsur yang sangat penting dan paling dibutuhkan untuk menunjang kehidupan di bumi. Selain untuk dikonsumsi air juga biasa digunakan untuk berbagai keperluan, seperti bersuci, mencuci, meyiram tanaman, dan untuk kebutuhan pertanian.
Air, dengan karakteristiknya yang begitu kompleks dan segala manfaatnya yang begitu penting ini, adalah salah satu ciptaan Allah SWT yang seharusnya membuat kita semakin kagum kepada-Nya, dan menambah rasa cinta dan keimanan kita kepada Allah SWT.
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ
“Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunug-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran es) itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki,” (QS. An-Nur: 43).
Abu Bakar al-Jaza’iri dalam kitab Aisaru at-Taafaasir menafsirkan makna kalimat min jibaalin fiihaa min baradin yaitu dari gunung-gunung es di langit; baradin artinya, butiran-butiran es.
Ibnu ‘Ajibah dalam kitab tafsirnya, al-Baharul Madiid menulis tentang makna kalimat min jibaalin fiihaa min baradin (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, “Dia (Allah) menurunkan es, yaitu gumpalan es dari langit; atau, awan yang tinggi. Segala apa yang ada di atasmu adalah langit; dari gunung yang ada di dalamnya terbentuk dari es.
Tidak ada keanehan padanya, karena Allah SWT bisa menciptakan gunung es di langit, sebagaimana Dia menciptakan gunung batu di muka bumi.” Ibnu Jazzi mengatakan, “Al-Jibaal (gunung-gunung) pada ayat ini adalah gunung yang sebenarnya. Allah SWT menciptakan gunung-gunung dari es di langit.”
Az-Zamakhsyari dalam tafsir al-Kasysyaaf menulis pemahamannya tentang kalimat min jibaalin fiihaa min baradin, “Ada dua makna: pertama, Allah SWT menciptakan gunung-gunung es di langit, sebagaimana ia menciptakan gunung-gunung batu di bumi; kedua, menunjukkan pengertian jumlah yang banyak hingga seperti gunung.”
Langit adalah apa yang ada di atas kita, termasuk di dalamnya adalah ruang angkasa luar yang suhunya sangat dingin.
Ibrahim B. Sayed, fisikawan Muslim dan profesor obat-obatan nuklir dari Universitas Louisville, Amerika Serikat, berkomentar tentang kalimat min jibaalin fiihaa min baradin pada ayat tersebut, “Kalimat tersebut bercerita tentang komet-komet salju, yang di situ dinamakan gunung-gunung (jibaal) dari baradin. Anehnya, gunung-gunung dari baradin tersebut bukan berasal dari awan, melainkan dari langit, atau ruang angkasa.”
Para ilmuwan yakin bahwa bumi pada awalnya adalah tandus dan kering. Sekitar 4,1 miliar tahun hingga 3,8 miliar tahun yang lalu, merupakan periode di mana bumi dihujani komet, asteroid, dan protoplanet. Komet dan asteroid yang tertutup lapisan es diperkirakan telah membawa air ke bumi yang kemudian menjadi lautan dan samudra. Sebagian besar ilmuwan beranggapan bahwa asteroid-asteroid tersebut kini telah kering.
Namun, observasi terbaru yang dilakukan oleh beberapa tim yang menggunakan teleskop inframerah di John Hopkins University, Maryland, dan The University of Central Florida, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa 24 Thermis, salah satu asteroid terbesar yang ada di sabuk asteroid utama tata surya, tertutupi oleh lapisan tipis bunga es.
Pendeteksian dilakukan menggunakan teleskop inframerah di Mauna kea, Hawai. Tim pertama dipimpin Andrew Rivkin dari Johns Hopkins University, Maryland, dan tim yang lain dipimpin Humberto Campins, ahli astronomi di University of Central Florida. Dengan mempelajari spektrum cahaya yang dipantulkan dari asteroid tersebut tertutup oleh bunga es dan debu.
Sementara berdasarkan spektrum air yang konstan saat asteroid berputar, mereka menyimpulkan bahwa lapisan es tersebut tersebar merata di seluruh permukaan asteroid.
Informasi tentang hasil observasi ini pun dipublikasikan di situs berita The Times, yang ditulis oleh koresponden Hannah Delvin, pada 29 April 2010, dengan judul “New Evidence May Solve Mystery of The Origin of Water on Earth.”
Sebelumnya, penelitian lain yang menguatkan pendapat bahwa air di bumi berasal dari bola-bola es luar angkasa adalah penelitian Dr. Louis Frank, fisikawan dari Universitas Iowa, yang meneliti data yang dikumpulkan oleh satelit Dynamic Explorer 1 sejak tahun 1981 hingga 1986. Satelit tersebut merekam gambar-gambar ultraviolet, terutama untuk mempelajari lapisan udara yang mengitari bumi. Mengamati gambar-gambar tersebut, Dr. Louis Frank menemukan lubang-lubang yang menembus atmosfer. Hingga saat itu, belum ada yang bisa menerangkan apa sebenarnya lubang-lubang tersebut.
Dr. Louis Frank mempelajari berbagai jenis penjelasan dari para pakar setelah menganalisis data-data tersebut dengan tekun. Dia pun menyimpulkan bahwa lubang-lubang tersebut hanya mungkin terbentuk oleh bola-bola es atau komet-komet salju yang datang dari luar angkasa (langit).
Dia memperkirakan, berat setiap komet bisa mencapai 100 ton, dan terbungkus oleh lapisan hidrokarbon warna hitam. Dalam setahun, jumlah komet yang berjatuhan ke bumi bisa mencapai 100 juta, atau sekitar 19 butir komet setiap menit, dengan ukuran sekitar 30 kaki (20 meter).
Menurut Dr. Clayen Yeates, fisikawan di Laboratorium Tenaga Dorong Jet di Pasadena, kecepatan komet bisa mencapai 10 km/detik, sejajar dengan kecepatan bumi, dan berada pada ketinggian 1000 km di atas bumi.
Bola-bola es atau komet-komet salju itu pecah saat memasuki lapisan atmosfer dan menjadi partikel-partikel uap air yang mengembang di udara (awan), kemudian turun sebagai air hujan dan menyatu dengan siklus air di bumi. Proses seperti ini terus berlangsung lebih dari 3,8 miliar tahun yang lalu. Subahanallah. []
Sumber: Kerajaan Al-Qur’an/Hudzaifah Ismail/Penerbit: Penerbit Almahira/2012