PALESTINA—63 persen dari garis pantai Gaza sepanjang 40 kilometer dikabarkan telah tercemar dengan limbah. Temuan ini berdasarkan sebuah survei yang dilakukan pada Agustus 2017 oleh Kementerian Kesehatan dan Otoritas Lingkungan Gaza. Survei ini juga menemukan bahwa pencemaran secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan survei sebelumnya di bulan Mei 2017 ketika 50 persen garis pantai tercemar.
Sami Hussein Lubbad, Manajer Dinas Kesehatan Lingkungan di Kementerian Kesehatan Gaza, mengatakan, rumah sakit telah menerima puluhan kasus infeksi akibat berenang di perairan yang tercemar, Aljazeera melaporkan.
Kasus bervariasi antara diare, infeksi kulit, infeksi saluran pernapasan serta infeksi mata dan telinga. Sebagian besar kasusnya menimpa anak-anak.
Menurut laporan, lebih dari 110 ribumeter kubik limbah dibuang setiap hari ke laut, yang secara efektif mengubah pantai menjadi berbahaya.
Otoritas Lingkungan Kementerian Kesehatan Gaza, selalu menerbitkan survei bulanan yang menggambarkan daerah yang paling parah tercemar dan harus dihindari oleh manusia.
Abdelraouf Al-Manama, profesor mikrobiologi di Universitas Islam Gaza menemukan bahwa pasir di pantai pun ikut tercemar.
Meski demikian, laut tetap adalah satu-satunya tempat hiburan yang tersisa bagi dua juta penduduk Gaza yang terkepung.
Pada 2012, PBB memperingatkan bahwa jika tidak ada yang dilakukan untuk meredakan blokade Israel, Jalur Gaza mungkin bukan tempat yang dapat ditinggali pada tahun 2020.
Save the Children, sebuah LSM internasional yang fokus kepada hak anak-anak, mengatakan bahwa Jalur Gaza telah menjadi tempat yang sangat berbahaya bagi anak-anak.
Organisasi tersebut meminta pemerintah Israel untuk segera mencabut blokade Gaza. Sementara itu, bobot blokade dekade ini terus menghancurkan aspek kehidupan penduduk di Gaza. []