DHAKA—Pemerintah Bangladesh berencana untuk membangun pengungsian terpisah bagi 6.000 anak-anak warga Muslim Rohingya yang memasuki negara itu tanpa orangtua.
Jumlah pengungsi Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh saat ini mencapai 480.000 orang termasuk sekitar 60% adalah anak-anak.
Menteri Muda Bangladesh Nuruzzaman Ahmed mengatakan Kementerian Kesejahteraan Sosial telah meminta otoritas lokal atas 80 hektar lahan untuk membangun fasilitas bagi Anak-anak Rohingya tanpa orangtua. Sekitar 1.580 anak telah terdaftar untuk menempati lokasi itu.
Badan anak-anak PBP (UNICEF) mengidentifikasi sekitar 1.800 anak tanpa orangtua melarikan diri Bangladesh pasca kekerasan terjadi di Rakhine State, Myanmar, 25 Agustus lalu.
Namun, Ahmed menyebut total jumlah anak-anak pengungsi Rohingya sebanyak 6.000.
Pejabat senior Kementerian Kesejahteraan Sosial, Zillar Rahman, mengatakan pemerintah Bangladesh ingin melindungi anak-anak itu dari orang dewasa.
Menurutnya, jika lahan tersedia, anak-anak akan dibagi dua kelompok yaitu mereka di bawah usia tujuh tahun dan usia antara 8-18 tahun.
“Usia antara 13 dan 18 tahun rentan. Jika mereka hidup dengan orang dewasa ada kemungkinan dilukai atau terlibat tindakan kriminal. Jadi pemerintah berpikir untuk memisahkan anak-anak usia itu yang datang ke sini tanpa orangtua,” kata Rahman.
Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Myanmar, Scot Marciel, berencana mengunjungi Rakhine State dalam dua hari mendatang. Marciel, yang pernah ditempatkan di Indonesia, juga akan pergi ke perbatasan Bangladesh.
Wakil Menteri Luar Negeri, John Sullivan, pada Selasa (26/7/2017) kemarin, mengatakan situasi di Myanmar memiliki konsekuensi melewati wilayahnya dan membutuhkan respons internasional.
“Ini bukan masalah setempat, ini adalah masalah global dan skalanya tragis,” pungkasnya demikian seperti dilansir dari AFP.[]