NEW YORK — Kepala pengungsi PBB, Filippo Grandi mengatakan, pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari aksi kekerasan di Myanmar dan berlindung di negara tetangga Bangladesh sangat membutuhkan bantuan.
Ia pun meminta pihak berwenang Myanmar untuk menghentikan aksi kekerasan tersebut.
Grandi, yang kembali pada Selasa malam dari sebuah perjalanan ke Bangladesh, mengatakan bahwa dia melihat orang-orang yang telah meninggalkan rumah mereka dengan sangat sedikit barang yang dibawanya.
“Mereka sama sekali tidak punya apa-apa. Rupanya mereka harus melarikan diri dari situasi yang sangat mendesak, dari kekerasan yang sangat mendadak – jadi mereka butuh segalanya,” katanya seperti dilansir dari CNN, Rabu (27/9/2017) kemarin.
Komisaris Tinggi untuk Pengungsi PBB, mengatakan bahwa termasuk sekitar 300.000 pengungsi Rohingya yang sudah berada di Bangladesh, antara 700.000 dan 800.000 orang sekarang berlindung di sana dalam kondisi yang terlalu padat dan tidak sehat. Hal ini menimbulkan risiko epidemi.
Selain itu, dia memperingatkan bahwa risiko penyebaran kekerasan teroris di seluruh wilayah sangat, sangat tinggi jika situasinya tidak terselesaikan.
“Sangat jelas bahwa penyebab krisis ini ada di Myanmar, namun solusi dari krisis ini juga terletak di Myanmar,” katanya.
“Biarkan saya sekali lagi, seperti yang dilakukan rekan sekerja lainnya, seperti yang dilakukan sekretaris jenderal PBB, biarkan saya mengulangi seruan mendesak kepada pihak berwenang di Myanmar untuk menghentikan kekerasan, karena kekerasan harus dihentikan di Negara Bagian Rakhine, di Rakhine utara, dan bila itu terjadi, dan kondisi stabil, kita harus mulai memikirkan solusi,” pungkasnya.[]