JENEWA— Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, menyebut kekerasan yang dilakukan oleh pasukan militer terhadap warga Muslim Rohingya merupakan mimpi buruk.
“Situasi darurat yang menimpa para pengungsi itu berkembang begitu cepat. Ini merupakan mimpi buruk bagi kemanusiaan dan hak asasi manusia,” kata Guterres, seperti dilansir dari laman Channel News Asia, Jumat (29/9/2017) kemarin.
“PBB telah menerima laporan mengerikan tentang para pengungsi yang disiksa secara berlebihan dengan cara ditembak tanpa pandang bulu, dijebak dengan ranjau, serta dilecehkan secara seksual. Ini merupakan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia,” lanjutnya.
Oleh sebab itu,Ia menuntut agar pemerintah Myanmar mengakhiri operasi militer dan membuka akses kemanusiaan ke wilayah Rakhine.
“Pemerintah harus menghentikan operasi militer, memberikan “akses tak terbatas” untuk bantuan kemanusiaan dan mengembalikan para pengungsi dengan aman ke tempat asal mereka,” tuntutnya.
Selain itu, Guterres juga mendesak agar pemerintah melakukan upaya agar krisis kemanusiaan ini segera berakhir.
“Ini tidak bisa diterima dan harus segera berakhir. Sebab, kenyataan di lapangan menuntut aksi dan tindakan cepat untuk melindungi orang, menghentikan penderitaan, menghindari ketidakstabilan, dan mencari akar permasalahan yang terjadi agar solusi yang bertahan lama,” pungkasnya.[]