Dalam referendum yang digelar di Catalunya, sebanyak 90 persen warga wilayah dengan otonomi khusus itu memilih ingin merdeka dari Spanyol.
Meski pemerintah Madrid bersikeras akan menghentikan referendum tersebut, namun pemungutan suara tetap berjalan dengan hasil 90 persen suara memilih merdeka dari Spanyol.
Muncul pertanyaan, kenapa Catalunya ingin merdeka dari Spanyol?
Aspek Sejarah
Catalunya merupakan wilayah independen di Semenanjung Iberia yang terletak di antara Spanyol dan Portugal, dengan bahasa, undang-undang serta kebiasaannya yang berbeda.
Saat perang Suksesi Spanyol pimpinan Raja Philip IV yang berakhir dengan kekalahan Valencia pada tahun 1707, di Catalunya pada tahun 1714, dan kepulauan terakhir pada tahun 1715, kemudian menghasilkan kelahiran Spanyol modern.
Gerakan kemerdekaan Catalunya telah dimulai sejak diktator fasis Fransisco Franco berkuasa pada 1939. Di bawah Franco, penggunaan bahasa Catalunya dilarang dan semua institusi pemerintah setempat dihapus untuk mengakhiri regionalisme di Spanyol.
Catalunya terus berontak untuk memisahkan diri dari Spanyol. Puncaknya pada 1938, ketika diktator Spanyol Jenderal Francisco Franco membantai 3.500 gerakan Catalunya merdeka. Selama kepemimpinan Franco upaya pemisahan diri Catalunya bisa diredam.
Baru pada saat 1977 ketika demokrasi kembali ke negara tersebut, Catalunya diberi otonomi khusus yang lebih luas.
Pada Juli 2010 upaya kemerdekaan semakin bulat ketika Mahkamah Konstitusi di Madrid mengesampingkan sebagian dari undang-undang otonomi tahun 2006, yang menyatakan bahwa tidak ada dasar hukum untuk mengakui Catalunya sebagai sebuah negara di Spanyol.
Aspek Ekonomi
Catalunya merupakan jantung industri Spanyol yang pertama, dengan kekuatan maritim serta perdagangan barang tekstil, keuangan, layanan dan perusahaan hi-tech.
Catalunya adalah salah satu daerah terkaya di Spanyol, menyumbang 18,8 persen GDP Spanyol, dibandingkan dengan 17,6 persen dari Madrid.
Krisis ekonomi 2008, menyebabkan kenaikan angka pengangguran dan hutang di Spanyol, tak terkecuali di Catalunya. Berdasarkan data pemerintah dari 2005 hingga 2016, ditemukan korelasi yang tinggi antara dukungan kemerdekaan dan pengangguran di Catalunya.
Masyarakat Catalunya meyakini bahwa Madrid punya andil besar dalam krisis tersebut. Asumsi ini diperkuat lagi dengan permintaan Madrid kepada Catalunya untuk membayar pajak lebih tinggi dibanding wilayah lain guna memperkuat perekonomian wilayah miskin di Spanyol.
Menurut Reuters, Catalunya membayar pajak senilai $12 miliar per tahun kepada Madrid. Nyatanya, dari jumlah pajak yang disetorkan ke Madrid, tidak mempengaruhi besarnya imbalan yang diperoleh Catalunya.
Seketika isu pajak, krisis finansial, pengangguran, hingga rasa terabaikan yang dialami Catalunya menghidupkan kembali gejolak separatis. Pada 2012, wacana referendum untuk memerdekakan diri didukung oleh Mas, mantan pimpinan Catalunya, setelah Madrid menolak mengalokasikan banyak dana ke Catalunya maupun memberikan kebebasan fiskal.
Dengan memisahkan diri, Catalunya diprediksi akan menghasilkan produk domestik bruto sebesar US$ 314 miliar menurut perhitungan oleh OECD. Fakta ini akan menjadikan ekonomi Catalunya terbesar ke-34 di dunia, dan membuatnya lebih besar dari Portugal atau Hong Kong.
PDB per kapita akan menjadi US$ 35.000, juga akan membuat Catalunya lebih kaya daripada Korea Selatan, Israel atau Italia.
Dan kontribusi Catalunya terhadap ekonomi Spanyol dua kali lipat dari Skotlandia ke Inggris.
Aspek Hukum
Keputusan pemerintah Madrid untuk membatalkan pemberlakuan Undang-Undang Peradilan Konstitusi pada 2010, dalam perkembangannya, undang-undang tersebut bertujuan untuk meningkatkan kedaulatan dalam Statuta Otonomi Catalunya agar setara dengan konstitusi. Alasan di atas meyakinkan masyarakat Catalunya bahwa kehidupan mereka akan menjadi lebih baik apabila berada di bawah kendali pemerintahan sendiri.
Sejak saat itu pula Madrid gigih menentang referendum dengan alasan bahwa tindakan tersebut dilarang melanggar konstitusi 1978, dimana salah satu pasalnya berbunyi “setiap wilayah merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari Bangsa Spanyol.”
Selain faktor-faktor di atas, tuntutan referendum juga didasari politik identitas yang kuat. Budaya, tradisi, hingga bahasa Catalunya telah memberikan identifikasi ataupun karakter yang melekat pada setiap masyarakat Catalunya. Menurut penelitian, dua nilai suci Catalunya dianggap memotivasi gerakan kemerdekaan, yakni menentukan nasib sendiri dan melindungi identitas Catalunya.
Memburuknya situasi di sekitar referedum catalunya menunjukkan satu hal: demokrasi tidak berjalan baik. Hammad Sheikh, Angel Gomez dan Scott Atran dalam studinya menyebutkan hanya 23 persen orang Spanyol yang menganggap demokrasi sebagai sesuatu yang sakral.
Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai warga di Spanyol, Sheikh dkk. menyimpulkan bahwa turunnya kepercayaan masyarakat disebabkan karena pemerintah pusat tidak responsif dalam memenuhi kebutuhan warganya. Bagi masyarakat Spanyol (yang menjadi narasumber dalam studi tersebut), demokrasi Spanyol adalah ketika para pejabat mencuri jutaan uang rakyat, tanpa peduli nasib warganya, dan memprioritaskan kekuasaan pribadi belaka.
Partai Rakyat yang saat ini berkuasa, misalnya, terlibat dalam 65 kasus korupsi.Sikap Perdana Menteri Rajoy yang kerap membela para tersangka pun dinilai mengecewakan. Walhasil, banyak orang mempertanyakan bagaimana arah pemerintahan saat ini. []
Sumber: Tirto/Tempo/Reuters.