Oleh: Hidayatusaadah
hhidayatusaadah@gmail.com
MANUSIA lebih sering berprasangka, karena mereka hanya dapat melihat apa yang terlihat oleh mata. Mereka tak dapat melihat apa yang diungkap oleh hati dan itulah keterbatasan manusia. Namun keterbatasan itulah yang justru membuatnya banyak berprasangka kepada manusia yang lainnya.
Lebih sering kita berprasangka bahwa orang yang berkata kasar adalah orang jahat. Padahal, bisa jadi ia adalah orang yang sangat lembut hatinya.
Lebih sering kita berprasangka bahwa orang yang tak memakai jilbab adalah orang yang paling ingkar. Padahal, bisa jadi hatinya berteriak ingin menutup aurat, hanya kesempatan dan keberanian yang belum ia dapatkan.
Lebih sering kita berprasangka bahwa orang yang tidak pernah tersenyum adalah orang yang paling cuek. Padahal, bisa jadi ia adalah orang yang paling peduli dalam diamnya. Hanya saja kita tak tahu bagaimana ia mengutarakan kepeduliannya.
Lebih sering kita berprasangka bahwa orang yang pandai bermaksiat akan masuk neraka. Padahal, bisa jadi ia lebih dulu masuk surga karena tangisan taubatnya.
Kita lebih sering berprasangka kepada orang lain, hingga lupa untuk berprasangka kepada diri yang lebih sering alpa. Allah ciptakan hati agar kita pandai merasa, pandai berpikir positif kepada orang lain. Namun sayang, kita lebih sering menggunakannya untuk berprasangka buruk.
Kita lebih sering menilai seseorang dari luarnya tanpa kita tahu lebih dalam tentang orang tersebut. Kita tak berhak untuk menilai seseorang itu baik atau buruk, karena pada hakikatnya hanya Allah-lah yang berhak menilai manusia itu baik atau buruk. []
Kirimkan artikel renungan Anda maksimal 2 lembar halaman ke islampos@gmail.com