Oleh: Suryandi Temala Sip
ORANG yang tenang hatinya, tenang pula jiwanya.
Orang yang tenang hatinya, tenang pula sikapnya.
Orang yang tenang hatinya, tenang pikirannya.
Orang yang tenang hati, jiwa, raga dan pikirannya akan tenteram hidupnya.
Maka mari tanya diri sendiri, sudah setenteram apa hidup yang kita jalani? Kalau masih penuh galau, bimbang, cemas dan khawatir berarti hidup yang dijalani belumlah tenteram.
Lalu mungkin ada yang mempertanyakan “bagaimana bisa hidup tenang bila harta tak punya? Bila hidup tak punya wewenang? Bila hidup tanpa pasangan? Bila hidup sendirian?”
Subhanallah….
Seandainya harta itu akan membuat hidup seseorang tenang, maka pasti Qorun, Michael Jackson dan orang-orang kaya lainnya adalah orang paling tenang kehidupannya.
Seandainya wewenang dan jabatan dapat membuat hidup seseorang penuh ketenangan maka pasti Firaun, Julius Caesar, Ariel Sharon, dan pejabat serta pemimpin lainnya adalah orang yang paling tenang hidupnya.
Seandainya orang yang berpasangan itu dijamin pasti tenang hidupnya, maka yakinlah tidak ada pernikahan yang berakhir dengan perceraian akibat pertengkaran.
Sadarilah bahwa harta, tahta, pasangan hidup hanya pelengkap ketenangan. Banyak orang yang tidak memiliki hal di atas tetapi tetap merasakan ketenangan hidup. Karena inti ketenangan itu adalah mengingat Sang Maha Indah. “Ala bizikrillahi tath’mainnul qulub,” (Qs. Ar-Ra’d : 28).
Dan andaikata setelah berdzikir hatimu tidak juga tenang, berarti ada yang salah dengan imanmu. Karena bagian awal dari ayat di atas adalah “Orang-orang yang beriman yang tenang hatinya dengan mengingat Allah.”
Mari berdzikir, agar kita tahu bagaimana kualitas keimanan kita. Seraya tadabbur ayat 28 surat Ar-Ra’d tadi.
Semoga hidup kita semakin tenteram, Aamiin. []